Adapun rincian dari 131 korban jiwa tersebut, sejumlah 54 korban dievakuasi ke RS Wava Husada Kepanjen.
Kemudian dua korban di RS Hasta Brata Batu, 21 Korban di RSUD Kanjuruhan Kepanjen, 20 korban di RS Saiful Anwar Malang, dan 15 korban di RS Teja Husada Kepanjen.
Serta ada satu korban di RS Ben Mari Pakisaji, tiga Korban di RS Hasta Husada Kepanjen, empat korban di RSI Gondanglegi, satu korban di RS Salsabila Husada Kromengan, dan satu korban di RST Soepraoen Malang.
Sementara terdapat sembilan korban jwa yang langsung dievakuasi ke rumah duka.
"Sementara untuk korban luka ringan sebanyak 260 orang, luka berat 39 orang," tuturnya.
Penambahan korban jiwa ini membuat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan menjadi tragedi sepakbola paling mematikan ke-2 sepanjang sejarah sepak bola dunia.
Tragedi ini di bawah peristiwa yang terjadi di Estadio Nacional, Peru saat pertandingan antara Peru melawan Argentina pada tahun 1964.
Pada insiden tersebut, 328 orang harus meregang nyawa akibat kerusuhan yang terjadi setelah wasit menganulir gol dari Peru pada menit akhir saat tim tuan rumah menyamakan kedudukan.
Keputusan ini membuat pendukung Peru meluapkan kemarahannya dan merangsek ke dalam lapangan.
Polisi yang berjaga pun bereaksi dengan menembakan gas air mata ke arah penonton.
Penonton pun panik dan berjejal untuk keluar dari stadion.