Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Ketangguhan Drone Bunuh Diri Rusia, Tetap Meluncur Menuju Target Meski Ditembak Senjata Anti-Pesawat Ukraina, Netizen: Geran 2 Tidak Peduli

Siti Nur Qasanah - Senin, 02 Januari 2023 | 19:25
Drone Geran-2 dengan lubang di sayapnya
(Twitter)

Drone Geran-2 dengan lubang di sayapnya

GridHot.ID - Perang antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung sampai sekarang.

Berbagai jenis senjata telah ditunjukkan Rusia dalam perangnya melawan Ukraina, salah satunya drone Shahed-136 atau juga disebut Geran-2 yang dipasok Iran.

Di medan perang, drone Geran 2 yang dioperasikan Rusia itu muncul sebagai sistem senjata yang tangguh.

Dilansir dari artikel Eurasian Times pada Senin (2/1/2023), seorang netizen memposting gambar Geran-2 dengan lubang di sayap kanannya.

Dalam gambar tersebut, drone Geran-2 terus bergerak menuju targetnya untuk meledakkan diri.

Ukuran lubang pada gambar menunjukkan bahwa drone tersebut mungkin terkena tembakan dari senjata anti-pesawat Gepard buatan Jerman dengan peluru sekitar 35 mm yang dioperasikan Ukraina.

Dilaporkan sebelumnya, senjata anti-pesawat Gepard telah terbukti efektif melawan drone bunuh diri.

Baca Juga: Amerika Serikat Rela Buang Lebih dari Rp1,5 Biliun Demi Persenjatai Ukraina, Rusia Curiga Rakyat Zelensky Jadi Alat Perang Proksi AS Melawan Putin

Namun demikian, dalam gambar yang diposting netizen, Geran-2 tampaknya tetap tak terpengaruh meskipun terkena serangan.

Geran-2 itu mungkin saja tetap berhasil mencapai targetnya lalu meledakkan diri, menimbulkan kerusakan parah.

"Geran-2 tidak peduli. Dia akan menyelesaikan pekerjaannya bahkan dengan lubang di sayapnya," kata 'Russians With Attitude,' akun Twitter yang membagikan gambar drone Geran-2.

Rusia kembangkan taktik untuk megoperasikan drone bunuh diri

Menurut pernyataan pejabat Ukraina, pasukan Rusia telah mengembangkan taktik mereka dalam menggunakan drone bunuh diri Geran-2 yang dipasok oleh Iran.

Sejak September, militer Rusia telah menggunakan drone Geran-2 buatan Iran untuk menyerang sasaran Ukraina.

Awalnya, pasukan Rusia memulai serangan menggunakan beberapa drone Geran-2 sekaligus, dalam batch lima atau lebih, untuk menyerang pertahanan udara Ukraina.

Baca Juga: Indonesia Waspada Tingkat Tinggi, Harga BBM Subsidi Terancam Usai Rusia Berencana Larang Ekspor Minyak ke Negara G7

Pasukan Rusia dilaporkan menggunakan 12 drone untuk satu serangan.

Pasukan Rusia juga meluncurkan drone bunuh diri secara berpasangan, dengan satu terbang di atas yang lain, baik sebagai cadangan jika drone yang lebih rendah ditembak jatuh, atau jika drone yang lebih rendah berhasil, yang kedua dapat diarahkan menuju sasaran yang berbeda.

Sejak awal Oktober, strategi Rusia adalah menginvasi langit Ukraina dengan salvo rudal dan sejumlah drone untuk membanjiri sistem pertahanan udara Ukraina, menghancurkan jaringan energi dan infrastruktur penting Ukraina saat musim dingin tiba.

Namun, tak lama setelah itu, militer Rusia tampaknya telah mengurangi penggunaan drone bunuh diri buatan Iran, hingga akhirnya menghentikannya sepenuhnya, dengan catatan terakhir jatuhnya Geran-2 pada 17 November 2022.

Pejabat militer Ukraina mengatakan bahwa militer Rusia menghentikan peluncuran drone ini karena tidak dapat beroperasi di musim dingin.

Sedangkan laporan lain menyatakan penghentian penggunaan drone bunuh diri bersifat sementara karena Rusia telah menghabiskan pasokan.

Negara pimpinan Vladimir Putin itu mungkin akan memperoleh lebih banyak pasokan drone ke depannya.

Baca Juga: Viral Dmitry Medvedev Ramalkan Hal Menakutkan di Tahun 2023, Elon Musk Jadi Presiden AS hingga Uni Eropa Bubar, Bos Twitter Bereaksi Begini

Apa pun alasannya, Rusia melanjutkan penggunaan drone bunuh diri mulai awal Desember dan seterusnya.

Yuriy Ihnat, juru bicara Komando Angkatan Udara Ukraina, mengumumkan pada 7 Desember bahwa pasukan Rusia telah mulai menggunakan drone setelah jeda tiga minggu.

Namun, akhir-akhir ini, peluncuran drone tidak terlalu sering jika pernyataan pejabat Ukraina dapat dipercaya.

Kantor media Pasukan Pertahanan Selatan Ukraina mengatakan bahwa Rusia sekarang telah mengadopsi pendekatan baru untuk mengerahkan drone bunuh diri ini secara bergelombang.

"Fakta bahwa mereka tidak menggunakannya sesering drone dari batch sebelumnya, seperti yang kami amati, menunjukkan perubahan tertentu dalam taktik tindakan mereka," kata Natalya Gumenyuk, kepala Pusat Pers Koordinasi Bersama Selatan Pasukan Pertahanan, ketika ditanya seberapa sering militer Rusia meluncurkan drone bunuh diri di selatan.

"Mereka mencoba menggunakannya untuk mendeteksi pertahanan udara – gelombang pertama ditujukan untuk ini, dan kemudian gelombang berikutnya adalah gelombang kejut. Kami mengetahui hal ini dari serangan mereka sebelumnya terhadap pertahanan udara dan sistem energi kami,” jelas Gumenyuk. (*)

Source : Eurasian Times

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x