"Jadi yang aku alami beberapa bulan ke belakang ini adalah symptoms (gejala) aku itu mengidap adenomiosis, jadi agak mirip dengan endometriosis," lanjutnya.
Setelah melewati berbagai pertimbangan dan melawan rasa takut, Melaney akhirnya memilih untuk melakukan pengangkatan rahim.
"Sampai akhirnya aku berpikir, okay what should I do nih. Kayaknya aku harus as much as ada rasa takut but I think I have to choose what the best for my body for the long term," ungkapnya.
"Jadi operasi yang aku lakukan kemarin itu, akhirnya after long journey, up and down, maju mundur, mengumpulkan keberanian, itu adalah operasi pengangkatan rahim," jelasnya.
Tak hanya itu saja, dijelaskan Melaney pula setelah pengangkatan rahim dirinya tidak menepause karena ovariumnya masih ada.
"Mudah-mudahan setelah rahim ku diambil aku kan tidak menstruasi lagi, tidak menepause tapi ovariumnya masih ada, jadi untuk berhubungan intim suami istri masih bisa," beber Melaney.
Diceritakan Melaney pula, sebelum mengambil keputusan untuk operasi, Melaney menyebut masih ingin melakukan perawatan untuk mengurangi rasa sakit akibat datang bulan.
"Beberapa waktu aku mencoba untuk terapi hormon dulu tuh, disuntik dengan suntikan kayak pil KB, pernah makan pil KB juga." katanya.
Ibu dua anak itu mengaku merasa lebih baik setelah mendapatkan perawatan berupa suntikan hormon itu.
"Terus suntikan hormon untuk menekan supaya tidak menstruasi, yang aku rasakan enak sih, lega, jujur ya," ujar Melaney.
Meski merasa membaik, wanita usia 41 tahun itu menyadari perawatan yang ia jalani itu bukan solausi untuk sakit yang diidapnya.
Source | : | Youtube |
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar