"Saya senang bisa menolong orang yang membutuhkan di sana. Mereka tidak perlu repot dan khawatir soal makan dan minum saat berada di Puncak Lawu," jelasnya, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.
Walau sempat diminta anak dan cucunya untuk beristirahat di rumah, ia mengaku bakal tetap berjualan di Gunung Lawu.
Pasalnya, selain dapat membantu pendaki, Mbok Yem mengaku bisa menemukan kedamaian di Gunung Lawu.
"Pokoknya di sana itu ingatan kita hanya kepada Yang Maha Kuasa saja. Saya tidak mikir yang lain," tuturnya.
Meski tampak sederhana, tetapi warung Mbok Yem menyimpan kenangan bagi orang-orang yang pernah mendaki Gunung Lawu.
Salah satu menu yang dirindukan adalah nasi pecel. Empat kali mendaki Gunung Lawu, Danang Yuniantoro mengaku kangen dengan nasi pecel Mbok Yem.
"Kangen. Kalau ke Lawu belum makan nasi pecelnya Mbok Yem, rasanya ada yang kurang," beber pria yang tinggal di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (Jateng), kepada Kompas.com, Kamis (1/9/2022).
Serupa dengan Danang, Tri Arini Purwaningrum juga punya kenangan di warung Mbok Yem.
Perempuan yang berdomisili di Kota Solo, Jateng, ini bahkan pernah menginap di warung tersebut.
"Rindu nasi pecel Mbok Yem so much. Juga rindu hawa di Gunung Lawu," ujar Arini yang sudah enam kali menginjakkan kaki di Lawu.