Menurut Mbok Yem, momen 17 Agustus dan bulan Suro menjadi waktu Gunung Lawu dipadati pendaki. Saat itulah warungnya kebanjiran pembeli.
Wanita yang sudah menginjak usia kepala enam ini hanya turun gunung sewaktu Lebaran.
"Yah, sekali setahun aja pulangnya. Waktu Lebaran," ucapnya.
Di usianya yang kini telah lanjut, Mbok Yem harus menggunakan alat bantu untuk naik dan turun gunung. Biasanya, dia menggunakan tandu.
"Sudah tua ya sekarang ditandu. Sudah tidak kuat seperti muda dulu. Dulu naik turun gunung menggendong barang," ungkapnya, dilansir dari pemberitaan Kompas.com.
Video detik-detik Mbok Yem ditandu sempat viral di media sosial. Ini terjadi saat Idul Fitri 2022 lalu.
Keponakan Mbok Yem, Saiful Gimbal, menerangkan, Mbok Yem selalu turun gunung untuk merayakan Lebaran bersama keluarga besarnya di Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
"Anak Mbok Yem itu lima. Setiap tahun pasti turun gunung untuk Lebaran. Tahun kemarin habis shalat Id langsung Lebaran ke rumah anaknya yang kedua di Solo," tuturnya.
Sebelum menaiki tandu, Mbok Yem terlebih dulu digendong oleh anaknya bila sudah tidak kuat mendaki.
"Biasanya kalau sudah di atas pos 2 dari Pos Cemoro Sewu, Mbok Yem akan digendong atau dituntun untuk naik," terang Saiful.
Bagi Mbok Yem, alasan terpentingnya masih berjualan di Gunung Lawu adalah untuk menolong sesama.