Gridhot.ID - Yoris kini bisa berpotensi menjadi tersangka buntut kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Diketahui sebelumnya, Yoris mengakui kalau dirinya kaget Yosef yang merupakan ayah kandungnya sendiri tega membunuh ibu dan adik kandungnya secara keji.
Pembunuhan tersebut terjadi di rumah korban yaitu Tuti dan Amalia di Subang.
Dikutip Gridhot dari Tribun Jabar, "Kaget, sama sekali tak menyangka pelakunya ayah sendiri," ujar Yoris di satu rumah makan di Subang, Kamis (18/10/2023) siang.
Yoris mengatakan, dia memang sejak awal menduga ada keterlibatan dalam peristiwa nahas itu.
"Sejak awal 50-50 saya menduga ada keterlibatan keluarga sendiri. Namun tak menyangka kalau itu dilakukan oleh ayah saya sendiri," katanya
Walau begitu, dia bersyukur karena kasus yang jadi misteri dua tahun lebih itu akhirnya terungkap.
"Semoga bisa secepatnya selesai pengungkapan kasus yang menimpa ibu dan adik saya tersebut," ucapnya.
Yoris meminta, siapapun pelakunya, sekalipun ayah sendiri, harus dihukum seberat-beratnya.
"Para pelaku secara keji dan biadab telah menghabisi nyawa ibu dan adik saya, saya minta dihukum seberat-beratnya," ucapnya.
Yoris berharap kasus ini bisa segera tuntas agar keluarga bisa tenang begitu juga dengan korban di alam kubur.
Namun siapa sangka, Yoris yang kini sedang mencari keadilan untuk ibu dan adiknya malah bisa terjerat dalam kasus pembunuhan ibu dan anak tersebut.
Dikutip Gridhot dari Tribunstyle, Yoris Raja Amarullah disebut-sebut berpotensi terseret jadi tersangka dalam kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang.
Bahkan Yoris juga disebut bakal terjerat kasus Yayasan Bina Prestasi Nasional yang didirikan oleh Yosef Hidayah.
Sebab setelah adanya 5 tersangka yang ditetapkan oleh Polda Metro Jaya, yayasan milik Yosef kini makin disorot.
Yayasan itu juga dianggap sebagai motif utama Yosef tega membunuh istri dan anaknya.
Sebelum meninggal dunia, Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu menguasai yayasan tersebut.
Keduanya menjabat sebagai bendahara dan sekretaris yayasan.
Sementara Yoris menjabat sebagai ketua yayasan.
Dari yayasan tersebut, keluarga mereka pun tampak hidup mewah.
Tuti memiliki mobil Toyota Alphard, yang selama ini sering dikendarai oleh Yoris.
Kemudian Amel juga memiliki mobil Toyota Yaris.
Di samping itu, kehidupan Yosef dan istri mudanya, Mimin justru sederhana.
Yosef pun kesehariannya diberi jatah oleh Tuti dan tidak bebas mendapat uang yayasan.
Padahal setiap tahunnya, Tuti, Amel, dan Yoris menguasai uang Rp 1,3 M per tahun dari yayasan.
Hal itu dibongkar oleh mantan bendahara yayasan, Dedi.
Ia menuturkan, untuk SMP dan SMK di yayasan setiap tahunnya mendapat suntikan dana Rp 1.324.000.000 pada tahun 2021.
"Saya juga gemeter lihat uang itu," kata Dedi dilansir dari Youtube Heri Susanto, Minggu (29/10/2023).
Sebagai mantan bendahara, ia pun sempat mencurigai yayasan tersebut.
"Waktu dulu lagi PPKM, jadi dimanfaatkan, siswanya jadi banyak SMK jadi hampir 500 lebih," ungkap Dedi.
Selain itu menurut Dedi, kondisi sekolah tidak terawat.
"Itu sekolah kan sekarang pada rusak, meja kursi gak ada, sedikit lah," ungkap dia.
Dirinya juga menyebut ada dugaan pengeluaran yang tidak sesuai fakta di yayasan.
"Kan harusnya kalau ada pengeluaran beli kursi, kursinya ada," ujar dia.
Diketahui pada tahun 2021 itu, Yoris lah yang menjabat sebagai ketua yayasan.
Bukan tidak mungkin, Yoris juga ikut menikmati uang tersebut.
Apalagi saat ini keberadaan yayasan itu juga diduga ada penyelewengan dengan banyaknya siswa fiktif.
Menanggapi hal itu, Yoris pun mengaku siap memberikan klarifikasi.
"Silakan aja kok, ada pertanggung jawabannya," kata Kuasa Hukum Yoris, Leni Anggraeni dilansir dari Youtube Diskursus Net, Minggu.
Apalagi kata Leni, saat ini yayasan tersebut juga sudah tidak terurus.
Bahkan sudah tak ada lagi siswa yang mau bersekolah di sana.
"Sekarang juga sekolahnya sudah terbengkalai, tahun depan mungkin ditutup," jelasnya.
Yoris pun, kata Leni, sudah ada panggilan dari Dinas Pendidikan Subang.
"(Mau memberi) klarifikasi," ungkap Yoris.
(*)
Source | : | Tribun Jabar,Tribunstyle |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar