"Putrinya ini dididik sangat keras, seakan-akan apabila putrinya melakukan kesalahan, maka diberi sanksi hukuman," tutur Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya AKBP Hendro Sukmono, Senin (22/1/2024).
Dinsos Surabaya pun bergerak ketika memperoleh laporan mengenai penganiayaan tersebut. Korban kembali dirawat oleh Dinsos.
"Dinsos mengambil anak tersebut (korban) dan pada hari Selasa (16/1/2024), petugas Dinsos membawa korban ke Polrestabes Surabaya untuk membuat laporan polisi," jelasnya.
3. Korban Mengalami Trauma
Melansir Tribunnews.com, akibat penyiksaan yang dialaminya, korban mengalami trauma.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3APPKB) Surabaya Ida Widayati mengatakan sekilas korban terlihat biasa saja, namun ia mengalami luka fisik dan trauma. "Secara fisik luar tatak (pemberani), mungkin karena terbiasa diperlakukan ibunya seperti itu," kata Ida ketika dihubungi melalui telepon, Selasa (23/1/2024).
Menurut Ida, korban berusaha menutupi lukanya dengan menggunakan masker selama di sekolah.
Sang guru yang merasa janggal langsung mengecek kondisi korban.
"Sekolah yang tahu kenapa kok anak ini maskeran, pas dibuka mulutnya terluka, terus cerita sakit, ketika bajunya dibuka mengelupas kulitnya," ucapnya.
Pihak sekolah kemudian membawa korban ke RSUD dr Soewandhie untuk mendapat perawatan dan membuat laporan ke Pemkot Surabaya.