GridHot.ID - Pilu nasib seorang santri di Parepare, Sulawesi Selatan.
Bagaimana tidak?
Diduga gara-gara tak kerjakan PR, punggungnya justru disetrika oleh oknum guru di pondok pesantren tersebut.
Melansir tribunjateng.com, pilu dialami seorang santri pondok pesantren ponpes di Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Punggungnya melepuh diduga akibat disetrika oleh guru di pondok pesantren tersebut.
Ia pun kini kesakitan karena menderita luka bakar di bagian punggungnya.
"Anak saya menderita luka bakar di punggung, Kejadiannya pada Rabu kemarin."
"Korban mengaku disetrika karena ada pelajaran yang tidak dikerjakan," kata Salahuddin, ayah korban di Mapolres Parepare, Jumat (26/1/2024).
Salahuddin tampak menangis saat melaporkan kejadian yang menimpa anaknya tersebut.
Sambil mengusap air matanya, Salahuddin terisak di depan polisi.
"Siapa yang tidak tersayat, Pak, anak saya disetrika sudah seperti penyiksaan zaman perang."
"Kami sudah dipanggil juga Kabag Kesra Kota Parepare, karena pondok tahfiz itu dikelola Pemkot Parepare," katanya lagi.
Sementara itu, Kapolres Parepare, Sulawesi Selatan, AKBP Arman Muis, langsung memerintahkan anggotanya untuk melakukan penyelidikan.
Arman terlihat geram melihat punggung korban.
"Intinya kami langsung melakuka penyelidikan atas dugaan pengadilan yang diduga dilakukan oknum guru dengan cara menyetrika punggung muridnya," kata dia.
Amran, kemudian memanggil korban dan orang tuanya di ruang kerjanya untuk diberi makanan dan sedikit pesangon.
Setelah itu, pihaknya langsung memerintahkan anggota untuk membawa korban ke rumah sakit untuk diobati.
"Kita juga membawa korban ke rumah sakit untuk diobati," pungkasnya.
Dilansir dari tribun-medan.com, tangis Salahuddin pecah di kantor Mapolres Parepare, Sulawesi Selatan.
Salahuddin datang ke Polres Parepare untuk melaporkan penganiayaan yang dialami anaknya di sebuah pondok pesantren di Parepare.
Salahuddin menyebut, punggung anaknya terbakar usai disetrika oleh salah satu oknum guru.
"Anak saya menderita luka bakar di punggung, kejadiannya pada Rabu kemarin."
"Korban mengaku disetrika karena ada pelajaran yang tidak dikerjakan," kata Salahuddin, ayah korban di Mapolres Parepare, Jumat (26/1/2024).
Sambil mengusap air matanya, Salahuddin terisak di depan polisi. "Siapa yang tidak tersayat, Pak, anak saya disetrika sudah seperti penyiksaan zaman perang,"katanya.
"Kami sudah dipanggil juga Kabag Kesra Kota Parepare, karena pondok tahfiz itu dikelola Pemkot Parepare,"jelasnya lagi.
Sementara itu, Kapolres Parepare, Sulawesi Selatan, AKBP Arman Muis, langsung memerintahkan anggotanya untuk melakukan penyelidikan.
AKBP Arman Muis terlihat geram melihat punggung bocah berusia 13 tahun tersebut.
"Intinya kami langsung melakukan penyelidikan atas dugaan penganiayaan yang diduga dilakukan oknum guru dengan cara menyetrika punggung muridnya," kata dia.
Amran, kemudian memanggil korban dan orang tuanya di ruang kerjanya untuk diberi makanan dan sedikit pesangon.
Setelah itu, pihaknya langsung memerintahkan anggota untuk membawa korban ke rumah sakit untuk diobati.
"Kita juga membawa korban ke rumah sakit untuk diobati," pungkasnya.
Lanjut Arman, pihaknya akan bergerak cepat untuk menyelidiki kasus tersebut dan korban saat ini mendapatkan perawatan medis.
“Saat ini kita masih mendalami dan berkoordinasi dengan pihak sekolah dan mencari pelaku,” katanya.
Kondisi punggung santri
Di rumah sakit, tampak punggung santri berusia 13 tahun ini menghitam menyerupai setrika karena luka bakar.
Polisi telah melakukan penyelidikan kasus tersebut setelah orangtua korban membuat laporan.
“Kejadiannya di pondok Masjid Agung. Saya diinfokan oleh orang tua santri lainnya yang datang ke rumah,"kata Salahuddin, ayah korban.
"Saya datang ambil pakaian kotornya tapi dia tidak bilang apa-apa. Saya sudah lapor ke polres,” lanjut Salahuddin.
Salahuddin sudah mengkonfirmasi ke pihak kepala pondok pesantren tahfiz.
“Ternyata benar, kepala pondoknya minta maaf. Lukanya bekas disetrika.
Disetrika sama pembina pondoknya di bagian punggungnya,” ungkapnya.
Penyebab korban disetrika, terang Salahuddin karena tidak mengerjakan PR.
“Katanya ada pelanggaran tidak mengerjakan PR. Katanya, waktu jam tidur dia bermain tutup botol. Itu alasannya korban dihukum," jelasnya.(*)