Adrianus mengatakan, orang-orang yang menderita psikotik biasanya necis.
"Nah, ini, psikotik itu, penderitanya itu necis," kata Adrianus saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (9/3/2024).
"Biasa saja (orangnya). Kalau dia enggak lagi kumat, biasa saja. Makanya tadi saya bilang, parlente," lanjutnya.
Adrianus mengungkapkan, kondisi psikotik, baik itu psikotik skizofrenia atau psikotik paranoid, tidak terjadi setiap hari atau setiap saat.
"Jadi, pada saat dia tidak mengalami situasi psikotik skizofrenia dan psikotik paranoid, dia orang biasa, orang yang normal," ucap Adrianus.
Dalam kasus ini, Adrianus menduga bahwa SNF menderita psikotik paranoid karena pelaku mendengar "bisikan gaib" sebelum akhirnya menghabisi nyawa korban.
Adrianus menjabarkan, seseorang yang menderita psikotik paranoid ketika sedang kumat, penderita tidak akan bisa diajak bicara.
"Dia sedang sibuk dengan dunianya sendiri, dan umumnya, itu menunjukkan perilaku-perilaku yang kita sebut sebagai agresif. Dia diam, merenung, nanar. Itu tandanya dia sedang mendengarkan suara tadi. Dia sedang berjuang mendengarkan apa permintaan dari suara-suara itu," ungkap Adrianus.
"Lalu, ketika dia mau memenuhinya, dia menjadi nanar, seperti orang yang menyeringai. Ketika perintahnya adalah membunuh, maka dia ambil pisau, dan terjadi. Itu yang terjadi pada ibu yang di Bekasi ini," lanjutnya.
(*)