Sebby menegaskan pihaknya siap berperang dengan TNI, namun tidak dengan bazoka, bom dan mortir.
Ia juga memastikan keselamatan warga sipil jika berperang di wilayah darat.
"Apalagi menyerang dengan menurunkan bom bazoka, mortir yang melepaskan tanpa memastikan baik antara kami TPNPB-OPM dan warga sipil. Kalau lewat darat, Kami siap melayani kalian. Berapapun jumlah yang Jakarta kirim kami siap hadapi. Isu yang Indonesia membangun melalui telepon, SSB dan lain-lain untuk mengusir masyarakat beberapa distrik yang ada itu stop dan hentikan semua," ucapnya.
Sebby menilai, Indonesia dan Selandia Baru sudah membuka diri untuk negosiasi.
Namun dengan adanya penyerangan ini, kata dia, Kapten Philip akan dibawa ke medan perang.
"Karena kami pikir Indonesia dan Selandia Baru buka diri negosiasi dengan kami TPNPB-OPM, namun kami melihat bahwa Indonesia dan Selandia Baru tidak punya niat baik selamat kan pilot yang kami sandera ini. Maka pilot ini kami akan bawa keliling di medan perang sampai mati sama-sama dengan kami TPNPB-OPM kodap III Ndugama-Derakma," tuturnya.
"Beberapa waktu lalu kami sengaja taru di tengah-tengah masyarakat dengan di jaga ketat oleh pasukan khusus saya Kodap III Ndugama-Derakma. Dengan tujuan menunggu negosiasi tuntut kami. Namun pemerintah pusat atau Jakarta melakukan pemboman secara brutal melalui TNI-Polri," ujar Sebby.
Ia kemudian mengirimkan video yang memperlihatkan Philips sedang meminta agar Pemerintah Indonesia menghentikan serangan udara di wilayah penyanderaan.
Dalam video itu, Philips terlihat kurus dengan janggut panjang dengan kaus coklat bergambar burung cendrawasih dengan bendera bintang kejora.
"Di daerah sini, TNI, Tentara Negara Indonesia pakai pesawat pemburu dan melepas bom besar," kata Philips dalam video yang dikirimkan Sabtu (13/4/2024).
Philips mengatakan, orang sekitar tempat ia ditawan merasa tidak aman karena beberapa bom yang dijatuhkan oleh aparat TNI.