Find Us On Social Media :

Tak Hanya Gadaikan Istri, Hori Juga Jual Anaknya Sendiri Saat Berusia 10 Bulan

Tak Cuma Gadai Istri Rp 250 Juta, Pembunuh Kerabat Sendiri di Lumajang Juga Pernah Jual Anak Demi Uang Rp 500 Ribu

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Candra Mega

Gridhot.ID - Baru-baru ini, sebuah kejadian di luar nalar terjadi Lumajang, Jawa Timur.

Hori (42), warga Desa Jenggrong, Kecamatan Ranuyoso, Lumajang diamankan polisi lantaran dilaporkan telah membacok orang, Selasa (11/7/2019) malam.

Melansir dari Tribun Jatim, peristiwa itu bermula saat Hori meminjam uang sebesar Rp 250 juta kepada Hartono (40) dengan menjaminkan istrinya.

Baca Juga: Gadaikan Istri Sendiri Seharga Rp 250 Juta, Hori Salah Sasaran Saat Bacok Sang Pemberi Pinjaman

Istri Hori yang, Lasmini (34) diserahkan ke Hartono sampai Hori mampu melunasi utangnya.

Setelah satu tahun berlalu, Hori ingin menebus utangnya dengan memberikan sebidang tanah supaya istrinya bisa diambil kembali.

Tapi Hartono meminta agar dikembalikan dalam bentuk uang, bukan diganti sebidang tanah.

Baca Juga: Demi Bayar Kontrakan, Eksekutor Calon Pembunuh Yunarto Wijaya Sempat Gadaikan Senjata dari Kivlan Zen

Lantaran kecewa, akhirnya Hori merencanakan pembunuhan.

Hori mendatangi Hartono yang tinggal di wilayah Desa Sombo, Kecamatan Gucialit, Lumajang.

Hori pun tak segan melakukan pembacokan pada seseorang yang dia kira sebagai Hartono.

Baca Juga: Ungkap Motif Pembunuhan Fera Oktaria, Prada DP Ngaku Tak Siap Menikah

Ternyata Hori salah sasaran, sosok yang Hori bacok hingga tewas bukanlah Hartono, melainkan Muhammad Toha.

Peristiwa pembacokan itu pun membuat geger warga setempat, hingga membuat Hori dilaporkan ke polisi.

Kapolres Lumajang AKBP Muhammad Arsal Sahban menilai adanya degradasi moral yang terjadi pada Hori.

Baca Juga: Capek, Pasangan Ibu dan Ayah Ini Tega Jual Anaknya Senilai Rp 284 Juta

"Selain kasus pembunuhan, saya juga miris mendengar pengakuan pelaku yang menggadaikan istrinya. Saya akan dalami motif sebenarnya," ujar Arsal, Rabu (12/6/2019) seperti dikutip Gridhot.ID dari Surya Malang.

"Kasus ini bukan hanya masalah pembunuhan tapi juga ada persoalan di balik ini, di mana pelaku menggadaikan istrinya sendiri. Peristiwa ini tentu di luar nalar kita," sambungnya.

Menurut Arsal Sahban, gadai itu seyogyanya adalah barang dan bukan manusia.

Baca Juga: Jongkok di Balik Barang Dagangan, Karyawan Mall Berlinang Air Mata Saksikan Tingkah Polos Anak-anak Yatim yang Baru Pertama Kali Beli Baju di Pusat Perbelanjaan

"Kalau betul ini terjadi, berarti ada degradasi moral dan permasalahan sosial yang harus kita benahi bersama," tegasnya.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Lumajang AKP Hasran menerangkan pelaku diancam hukuman selama 20 tahun penjara.

"Setelah kami interogasi, pelaku mengakui bahwa pembunuhan ini telah direncanakan dengan motif agar utangnya menjadi hangus serta mendapatkan kembali istrinya yang telah digadaikan. Namun ternyata salah target," kata Hasran.

Baca Juga: Polisi Nyatakan Ada Bukti Kivlan Zen Temui Tersangka Rencanakan Pembunuhan

Sementara kasus Hori gadaikan istri hingga berujung pembunuhan ternyata sungguh rumit dan memiliki rentetan kisah yang panjang.

Ternyata selain menggadaikan istri sah nya, Hori juga diduga pernah menjual anaknya.

Rupanya selama hidup berumah tangga dengan Hori, Lasmini tak pernah mendapatkan nafkah lahir yang semestinya.

Baca Juga: Kapolri Beberkan Nama-nama Tokoh Nasional Target Pembunuhan Saat Kerusuhan 22 Mei, Ternyata Lebih dari 4 Orang

Bahkan dalam pernikahannya, Hori menjual anaknya kepada orang lain.

"Ketika itu bayi saya usia 10 bulan diambil, lalu dibawa pergi dan mendapat upah Rp 500 ribu," ujar Lasmini.

Namun, menurut penuturan Hori hal itu tidaklah benar karena anaknya diasuh oleh saudara sepupunya.

Baca Juga: Minta Usut Tuntas Rencana Pembunuhan 4 Tokoh Nasional, Akademisi: Tepat Jika Polisi Panggil Amien Rais!

"Bagaimana bisa dijual, toh kami masih bisa bertemu dengan anakmu," ujar Hori saat dipertemukan dengan kedua belah pihak.

Pihak Polres Lumajang yang menjadi penengah saat itu langsung memisahkan mereka saat adu mulut dengan menggunakan Bahasa Madura.

(*)