Find Us On Social Media :

'Tak Semudah Balikkan Telapak Tangan' Rebut Papua dari NKRI, KKB Selalu Hancur Lebur Jika Berhadapan dengan Pasukan Elit TNI Ini, 3 Kali Dibuat Kocar-kacir Tak Berdaya

Ratusan warga Tembagapura Papua saat disandera anggota KKB Papua pada tahun 2017

Gridhot.ID - Konflik perbatasan Papua sampai sekarang masih memanas.

Para pasukan TNI-Polri pun siap siaga menjaga dan mengamankan perbatasan.

Beberapa peristiwa menegangkan pun pernah terjadi karena adanya bentokan antara Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dengan aparat.

Salah satu peristiwa yang sangat menegangkan terjadi pada tahun 2017 lalu. 

Baca Juga: Ogah Dibubarkan, Massa Berpakaian Serba Hitam Nekat Rusak Mobil Covid Hunter Polrestabes Bandung, Polisi: Sengaja Merusuh

Peristiwa tersebut adalah penyanderaan 347 orang warga Tembagapura oleh Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB.

Mengutip Wartakotalive.com, waktu itu KKB menduduki kampung-kampung yang berisi 347 warga itu sehingga akses keluar-masuk terputus.

Atas kejadian itu, dilakukan operasi pembebasan warga Tembagapura oleh pasukan elit TNI, Kopassus.

Baca Juga: Nol Perlawanan, KKB Pimpinan Egianus Kogoya Leluasa Tembaki Markas Kodim dan Pos TNI hingga Lukai Seorang Warga Sipil, Begini Kronologinya

Setidaknya itu merupakan operasi Kopassus ketiga yang membuat KKB kocar-kacir.

Sebelumnya, pasukan elit TNI ini pernah menumpas pergerakan KKB, yaitu tahun 1967 dan tahun 1995.

Tahun 1967, pasukan elit Resimen Para Komando Angkatan Darat atau RPKAD (sekarang Kopassus), dikirim untuk meredam aksi KKB Papua.

Sebanyak 50 prajurit RPKAD berhasil menggempur KKB Papua yang menyerang salah satu pos koramil di Warmare. Saat diserang, pos itu hanya dijaga 6 orang, bahkan salah satunya gugur gara-gara kepungan KKB.

Lalu di tahun 1995, pasukan gabungan Kopassus dan Kostrad diterjunkan ke Mapenduma untuk menumpas KKB Papua serta menyelamatkan 26 orang sandera yang merupakan peneliti anggota tim ekspedisi Lorentz 95, setelah 130 hari disandera.

Baca Juga: Drama Persidangan Penagih Hutang Diiringi Jatuh Bangun dan Air Mata, Sempat Dituntut 2 Tahun Penjara, Pemberi Pinjaman ke Ibu Kombes Rp 70 Juta Terbukti Tak Bersalah

Kedua operasi tersebut berhasil dilaksanakan dan memukul mundur KKB Papua.

Dalam menghadapi KKB Papua di Warmare tahun 1967, pasukan RPKAD bertempur secara frontal.

KKB Papua pun berhasil membebaskan lima orang anggota TNI yang terkepung.

Baca Juga: Unjuk Rasa Tolak Pengesahan UU Cipta Kerja Berakhir Ricuh, Mahasiswa Ditembaki Gas Air Mata, Sejumlah Polisi Alami Luka-luka

Sementara pada operasi di Mapenduma tahun 1995 yang dipimpin Mayjen TNI Prabowo Subianto, yang merupakan Komandan Jenderal Kopassus saat itu, berhasil membebaskan sandera setelah beberapa upaya dilakukan.

Beberapa satuan TNI lainnya seperti pasukan Kostrad juga dilibatkan dalam misi penyelamatan ini.

Sekitar lima bulan berlalu misi pembebasan belum membuahkan hasil. Tim Kopassus dan Kostrad berhasil menuntaskan misinya pada tanggal 9 Mei 1996.

Tim gabungan Kopassus dan Kostrad itu akhirnya berhasil menyelamatkan para sandera kecuali 2 orang, yaitu Navy dan Matheis yang gugur di tangan keganasan para OPM.

Lalu, bagaimana kisah pembebasan 347 sandera pada tahun 2017?

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Negaranya Meroket, PM Malaysia Ogah Lockdown dan Pilih Lakukan Hal Ini, Muhyiddin: Mohon Maaf Jika Abah Harus Mulai Gunakan Tongkat

 Melansir Tribunnews, operasi penyelamatan yang digelar Jumat (17/11/2017) itu, tidak dilakukan aparat sembarangan.

Kepala Penerangan Kodam Chendrawasih, Kolonel Muhammad Aidi, menyebut anggota TNI yang berpartisipasi dalam operasi itu, adalah gabungan dari Grup 1,2,3 dan Sat81/Gultor Kopassus TNI AD, serta Yonif-751/Raider dan Tontaipur Kostrad TNI AD.

Saat dihubungi Tribunnews.com, ia menjelaskan dalam operasi tersebut pasukan Kopassus ditugaskan untuk menyerbu penyandera yang menguasai desa Kimberley.

Baca Juga: Bertahun-tahun Diteliti, Foto Abraham Lincoln Terbaring di Ranjang Setelah Tewas Ditembak Disebut 99 Persen Asli, Ini Alasannya

Sementara pasukan lainnya ditugaskan untuk menyerbu desa Binti.

Mereka sejak pagi hari, sudah berhasil mendekati lokasi target masing-masing, tanpa diketahui para pelaku.

"Pada waktu yang dikoordinasikan, pada jam 'J' jam tujuh kosong-kosong (WIT), pasukan mulai bergerak ke posisi kelompok KKB Papua yang sedang berkumpul," ujarnya.

Pada pukul 07.45 WIT, akhirnya sebuah bom diledakan sebagai penanda pasukan untuk bergerak.

Anggota Kopassus TNI AD yang ditugaskan membebaskan sandera di aera Kimbley, langsung menghampiri kandang babi di desa itu, tempat para penyandera berkumpul.

Baca Juga: Siap-siap Cek ATM, BLT GAJI Tahap Kelima Akan Cair Segar, Catat Tanggalnya!

"Mengetahui Pasukan yang tiba-tiba muncul diluar area pemukiman, Kelompok KKB berhamburan melarikan diri tanpa bisa melakukan Perlawanan," ujarnya.

Pada pukul 08.18 WIB, seluruh wilayah yang dikuasai oleh KKB Papua sudah bisa dikuasai anggota TNI.

Semua anggota KKB Papua yang sejak sepekan terakhir melakukan penyanderaan, kabur ke arah hutan lalu melepaskan tembakan dari kejauhan.

Baca Juga: Ngamuk Ogah Bayar Minuman Hingga Siram Pemilik Kafe, Oknum Polisi Ini Justru Todongkan Pistol ke Kapolsek, Akbar: Padahal Dia Sangat Mengenal Saya

Saat itu pasukan tidak melakukan pengejaran ke hutan, karena kondisi cuaca yang kurang memadai.

Setelahnya tim yang berhasil membebaskan para sandera itu melaporkan ke Pangdam Chendrawasih, Mayjend George Elnadus Supit dan Kapolda Papua, Irjen Pol Boy Rafli Amar.

Tak lama kemudian Tim Satgas Terpadu TNI - Polri, termasuk Pangdam Chendrawasih dan Kapolda Papua tiba di lokasi melaksanakan evakuasi.

Sekitar pukul 14.00 WIT proses evakuasi berhasil dilaksanakan dengan jumlah korban Sandera 347 orang terdiri dari warga Papua dan Luar Papua.

Saat evakuasi dilakukan, sejumlah anggota KKB Papua sempat melakukan penembakan ke arah rombongan, namun tak satupun menjadi korban.(*)

Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul "Bikin Milisi KKB Papua Kocar-kacir 3 Kali Dibabat Habis, Beginilah Kisah Pasukan Elit TNI Turun Tangan Bebaskan 347 Warga Papua yang Disandera"