Find Us On Social Media :

Benua Biru di Ambang Bahaya, Intelejen Rusia Sebut Nagorno-Karabakh Bisa Jadi Basis Militan Serang Eropa, Ini Penyebabnya

Perang Azerbaijan dengan Armenia di Nagorno-Karabakh

Gridhot.ID - Pasukan Armenia dan Azerbaijan terlibat pertempuran sengit di wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan.

Pihak berwenang Armenia mengatakan Azerbaijan melancarkan serangan baru berskala besar, Sabtu (3/10/2020).

Bentrokan terakhir antara pasukan Armenia dan Azerbaijan tersebut nyaris menjadi konflik skala besar.

Baca Juga: Senjata 'Pembersih Musuh' Mulai Beraksi di Karabakh, Perang Azerbaijan dan Armenia Dipastikan Meledak Usai Roket Hujani Wilayah Sengketa

Ketegangan yang meningkat cepat di pertengahan September itu akan menjadi konflik berdarah antara keduanya.

Serta, ditakutkan menjadi perang terbuka setelah sebelumnya terjadi hal yang sama pada akhir dekade 1980-an dan awal 1990-an.

Pada saat itu, Uni Soviet sedang pecah dan kondisi kedua negara tidak stabil.

Baca Juga: Perang di Nagorno-Karabakh Memanas, Presiden Turki Erdogan Ingin Azerbaijan Terus Serang Armenia: Pertempuran Ini Akan Berlanjut!

Nagorno-Karabakh adalah pusat dari ketegangan itu.

Mengutip The Strategist, Nagorno-Karabakh adalah daerah yang awalnya didominasi oleh warga Armenia.

Daerah 'kantong' itu ada di perbatasan Republik Sosialis Soviet Azerbaijan yang memisahkan diri dari Uni Soviet sejak 1991.

Tahun itu, Azerbaijan nyatakan kemerdekaan mereka.

Baca Juga: Hobi Provokasi, Turki Siapkan Hal Ini di Tengah Konflik dengan Yunani di Laut Mediterania, Uni Eropa Sampai Ketar-ketir

Konflik kemudian memanas dengan usaha untuk saling menguasai wilayah.

Armenia berusaha memenangkan wilayah itu agar Nagorno-Karabakh pecah dari Azerbaijan dan bergabung dengan mereka.

Armenia sendiri mendapat kemerdekaannya setelah Uni Soviet runtuh.

Perang tahun 1990-an itu berakhir dengan gencatan senjata pada Mei 1994, 30 ribu prajurit meninggal dan ratusan ribu orang kehilangan rumah.

Tak hanya hapus etnis Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, tapi juga wilayah di sekitarnya dikontrol oleh Armenia.

Pengamat menyebut kemenangan Armenia ada kaitannya dengan dukungan militer Rusia yang membalikkan keadaan melawan Azerbaijan.

Terlepas dari upaya kelompok Minsk yang diketuai Rusia, Perancis dan AS untuk menengahi kesepakatan antara Armenia dan Azerbaijan mengenai Nagorno-Karabakh, perselisihan terus berlanjut selama seperempat abad.

Baca Juga: Darurat Perang di Nagorno-Karabakh, PM Armenia Ungkap Bukti Turki Bantu Militer Azerbaijan, Mulai dari Drone, Jet Tempur Hingga Tentara Bayaran

Kekhawatiran terus muncul dan mungkin Rusia harus mengajak sekutunya untuk memulai menengahi kesepakatan dua negara tersebut.

Ancaman yang nyata

Dikutip dari Reuters, intelijen luar negeri Rusia peringatkan jika konflik Azerbaijan dan Armenia yang terus meluas dapat sebabkan ancaman nyata untuk Eropa.

Pasalnya, ketegangan itu akan menarik ribuan radikal Islami yang mengancam Moskow.

Sergei Naryshkin, kepala Jasa Intelijen Luar Negeri Rusia mengatakan konflik yang meledak pada 27 September itu menarik orang-orang yang bisa disebut radikal dan teroris.

Orang-orang tersebut ditarik dari Timur Tengah dan mereka bukanlah milisi sembarangan.

Mereka adalah grup milisi Hayat Tahrir al-Sham, grup yang aktif di Suriah, awalnya bernama Front Nusra.

Selain itu juga ada kelompok Firqat al-Hamza, Divisi Sultan Murad dan kelompok ekstrimis Kurdi yang tidak bernama.

Baca Juga: Darurat Perang di Nagorno-Karabakh, PM Armenia Ungkap Bukti Turki Bantu Militer Azerbaijan, Mulai dari Drone, Jet Tempur Hingga Tentara Bayaran

"Kita membicarakan ratusan dan bahkan ribuan radikal yang berharap mendapat pundi-pundi uang dari perang Karabakh," ujar Naryshkin dalam sebuah pernyataan yang diunggah di situs resmi kelompok intelijen tersebut.

"Kita jelas tidak bisa khawatir jika Laut Kaspia Selatan akan menjadi lahan baru organisasi teroris internasional, dan melebar menyerang negara tetangga, termasuk Rusia."

Konflik di daerah 'kantong' tersebut memang sulit untuk diurai.

Nagorno-Karabakh merupakan milik Azerbaijan berdasarkan hukum internasional tapi dipimpin oleh etnis Armenia.

Kekhawatiran kini meningkat seiring dengan terlibatnya Turki dalam membantu Azerbaijan dan Rusia yang berpihak kepada Armenia.

Naryshkin lebih khawatir lagi konflik ini akan lebih besar daripada konflik sebelumnya.

Pasalnya, skalanya yang lebih besar dan fakta bahwa Turki terlibat mendukung Azerbaijan.

Sementara itu, Presiden Suriah Bashar al-Assad Selasa lalu menuduh Presiden Turki Erdogan memutar balikkan konflik.

Baca Juga: Perang Berkecamuk di Nagorno-Karabakh, Armenia Klaim Tembak Jatuh 4 Drone Azerbaijan di Dekat Ibu kota Yerevan

Ankara menampik mereka mengirim tentara bayaran untuk terlibat dalam perang ini.

Naryshkin memprediksi jika negara lain akan setuju meminta gencatan senjata dan duduk di meja negosiasi.

Namun, prospek itu ditolak mentah-mentah oleh Ankara.

Meski Bashar menuduh Erdogan mengirim tentara bayaran, banyak warga Suriah yang justru ditarik Rusia untuk terlibat ke dalam peperangan itu.

 

 

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul: "Nagorno-Karabakh Bakal Jadi Pintu Neraka Bagi Eropa, Intelijen Rusia Ungkap Bahaya yang Mengintai Benua Biru Akibat Perang Armenia-Azerbaijan." 

(*)