Find Us On Social Media :

Satu Dekade Tersimpan dalam Lemari Pendingin, Ilmuwan Ungkap Ada Sampel Patogen yang Nyaris Identik dengan Covid-19, Sumber Pandemi Bisa Sangat Dekat dengan Indonesia

WHO berangkatkan ilmuan dari multi disiplin ilmu untuk mencari asal usul virus corona baru di Wuhan, China.

 

GridHot.ID - Virus corona hingga kini masih merajalela di banyak negara.

Meski sudah satu tahun menjadi wabah yang menakutkan, asal usul dari virus ini pun masih menjadi isu panas.

Melansir Kontan.co.id, tim khusus bentukan WHO yang menyelidiki asal-usul pandemi Covid-19 saat ini sudah mulai terjun ke lapangan.

Baca Juga: Masih Kalang Kabut Melawan Covid-19, Kini Muncul Lagi 'Virus Nipah' yang Berasal dari Kelelawar Buah, Diduga Akan Menjadi Pandemi Berikutnya Setelah Corona, Waspadai Gejalanya..

Dilaporkan Reuters bahwa tim tersebut pada hari Jumat (29/1/2021) bertemu dengan para ilmuwan China.

Setelah ini tim berencana untuk mengunjungi laboratorium, pasar, dan rumah sakit di Wuhan.

Sebelumnya, pada hari Kamis (28/1/2021), tim tersebut menyelesaikan karantina selama dua minggu setelah kedatangannya di China.

Baca Juga: Seolah Tak Cukup Pejabatnya Bungkam Tenaga Medis, Penduduk Wuhan Kini Mengaku Dipaksa Tutup Mulut oleh Pemerintah Tiongkok: Otoritas China Sangat Gugup

Dilansir dari Intisari, banyak ilmuwan yang mempelajari patogen penyebab pandemi Covid-19 ini seiring dengan mempelajari mengenai vaksin virus Corona.

Sementara itu, sebuah laboratorium di Kamboja juga telah menemukan kemiripan patogen di sampel yang telah disimpan dalam lemari pendingin selama hampir 10 tahun ini.

Dilaporkan dari South China Morning Post, dua virus ditemukan di dalam sampel tersebut, diambil dari kelelawar tapal kuda yang ada di timur laut Kamboja tahun 2010.

Penemuan itu diidentifikasi dalam rilis penelitian Selasa lalu dengan hasilnya sebesar 92.6% kemiripan dengan virus Corona penyebab Covid-19, Sars-CoV-2.

Ini adalah patogen paling mirip yang ditemukan di luar China dan menambah informasi baru mengenai investigasi dari mana patogen mengerikan ini berasal.

Baca Juga: Datangkan Malapetaka hingga ke Pelosok Dunia, Bahaya Virus Corona Terbongkar dalam Rekaman Diam-diam Tenaga Medis Wuhan: Kami Diberitahu untuk Tidak Angkat Bicara

Kemiripan genom virus paling mirip dengan virus Sars-CoV-2 ditemukan di barat daya provinsi Yunnan, China.

Kemiripan itu memiliki angka sebesar 96,2%.

Penemuan terakhir oleh ilmuwan di Pasteur Institute di Phnom Penh, Kamboja, datang setelah tim WHO mulai bekerja memahami bagaimana virus Corona mulai menyebar di Wuhan, pusat China.

Baca Juga: Cuma Satu Scene Namun Cukup Mengganggu, Terbongkar Kegiatan Ilmuwan China Sebelum Pandemi Merajalela, Tangani 1 Wadah Penuh Kelelawar Tanpa APD

Sedikit yang diketahui bagaimana wabah ini mulai merebak, tapi ilmuwan curiga virus berasl dari kelelawar untuk kemudian loncat ke manusia entah secara langsung atau lewat hewan lain.

Pejabat China telah memberikan perkiraan jika virus mungkin berasal dari luar negeri bahkan dari benua lain.

WHO tapi mengatakan masih terlalu dini untuk membuat kesimpulan apapun.

Perburuan asal virus Corona ini telah memimpin sejumlah pengujian sampel hewan yang disimpan di berbagai laboratorium dunia.

Baca Juga: Tenaga Kesehatan Indonesia Mulai Sekarat Gra-gara Corona, Kemenkes Akhirnya Izinkan Semua Rumah Sakit Buka Pelayanan untuk Pasien Covid-19, RS Swasta Termasuk!

Hal ini gunanya untuk melacak virus serupa dalam upaya menyediakan lebih banyak petunjuk.

Penemuan dari Phnom Penh, yang belum direview untuk saat ini "tunjukkan jika Asia Tenggara menunjukkan area kunci untuk dipertimbangkan dalam pencarian asal Sars-CoV-2 yang masih berlangsung dan juga untuk menangani virus Corona di masa depan," ujar para ilmuwan itu.

Para ilmuwan itu terdiri dari ilmuwan dari Universitas Sorbonne dan Institut Pasteur di Perancis dan University of California, Davis, Amerika Serikat.

Baca Juga: Sampel Diambil dari Dubur, China Klaim Metode Swab Baru Ini Lebif Efektif Deteksi Corona Baru, Berikut Alasannya!

Mereka juga menambahkan data baru ke tubuh bukti tunjukkan jika Asia Tenggara dan China selatan sebagai sumber kelompok virus Corona yang lebih besar.

Virus Kamboja itu diambil dari uji swab kelelawar tapal kuda Shamel, yang disimpan untuk bagian proyek didukung UNESCO.

Proyek itu adalah proyek penelitian membandingkan keberagaman spesies di dua sisi Sungai Mekong di Kamboja utara.

 

Sampel dikirim kembali ke institut, di mana sampel itu disimpan dalam suhu minus 80 derajat Celcius.

 Baca Juga: Nekat Banget, Di Hidungnya Tertempel Selang Oksigen, Pasien Covid-19 Ini Nyetir Sendiri Cari Rumah Sakit: Saya Sudah Trauma

Mengikuti wabah Covid-19, ilmuwan mulai lakukan tes tambahan pada sampel tersimpan untuk mencari virus Corona serupa.

Dari 430 sampel yang mereka teliti, 16 teruji positif virus Corona, dan di antara 16 itu ada dua yang memiliki rantai genom begitu mirip dengan Sars-CoV-2.

November lalu, Veasna Duong, ahli virologi di institut tersebut mengatakan penemuan lebih awal kepada majalah ilmiah Nature, dengan mengatakan ada indikasi kekerabatan virus tersebut.

 Baca Juga: Ditunggu-tunggu Masyarakat Indonesia, Vaksin Merah Putih Belum Masuk Daftar Program Vaksinasi 2021, Sri Mulayani Ungkap Alasannya

Namun tim peneliti masih menunggu urutan gen untuk memahami seberapa dekat virus itu dengan penyebab Covid-19.

Meskipun hasil gen dirilis Selasa kemarin tidak menunjukkan kemiripan lebih dekat dengan virus di China, peneliti mengatakan analisis mereka tunjukkan virus 'kerabat' Sars-CoV-2 memiliki persebaran geografi lebih luas daripada yang sebelumnya dipahami.

Spesies kelelawar tapal kuda Shamel yang membawa virus Kamboja sejauh ini diketahui tidak ada di China.

Hal ini memunculkan kemungkinan baru jika Asia Tenggara menjadi sumber wabah Covid-19, yang dianggap oleh para ilmuwan cukup mungkin terjadi.

 Baca Juga: Tertinggi di Asia Hingga Jadi Sorotan Media Asing, Kasus Positif Covid-19 Indonesia Sudah Tembus 1 Juta, Rumah Sakit Terancam Kolaps, Ini Bahayanya

Pasalnya, ilmuwan sadar kurangnya pengambilan sampel virus di Asia Tenggara.

Asia Tenggara juga kemudian cocok untuk pengembangan virus baru yang belum terdeteksi, dengan keanekaragaman hewan dan tumbuhan yang tinggi, lebih-lebih spesies kelelawarnya jauh lebih banyak dibandingkan yang ada di China.

Kemudian praktik perubahan tata kelola lahan dan juga perdagangan hewan liar juga marak di Asia Tenggara, membuat wilayah ini menjadi dicurigai sebagai asal virus Corona.

 Baca Juga: Negara Mau Lindungi dari Corona, Tapi Warga Ogah Ikut Aturannya, Pecah Kerusuhan di Belanda, WNI Tercatat Ikut Terinfeksi Covid-19 di Sana

Tim WHO kemudian menyatakan opini serupa jika data regional terutama dari Laos, Vietnam, Myanmar juga diperlukan. (*)