Find Us On Social Media :

Shaded-136 Melawan Bayraktar TB2, Rusia dan Ukraina Beradu Pakai Drone Bunuh Diri untuk Jebol Pertahanan Masing-masing, Zelensky Kewalahan Sampai Ngemis Senjata Khusus ke Barat

Drone Shaded-136 buatan Iran

Gridhot.ID - Drone Shaded-136 kini menjadi senjata mematikan Rusia untuk melawan Ukraina.

Drone Bayraktar TB2 yang dimiliki Ukraina pun kini harus adu banteng dengan Shaded-136 yang terus gentanyang di langit negaranya tersebut.

Rusia dilaporkan membeli Shaded-136 untuk bisa melancarkan invasinya.

Memang perang antara Rusia dan Ukraina masih belum mendingin sama sekali.

Dikutip Gridhot dari Kompas.ID, Ukraina sudah mulai memberikan perlawanan sengit ke Rusia.

Dilaporkan sejumlah wilayah telah berhasil direbut Ukraina baru-baru ini berkat strategi barunya.

Ukraina menjalankan serangan yang cepat dan terorganisir hingga prajurit Rusia pun harus terpukul mundur.

Melihat kondisi ini, Putin memilih untuk memperkuat persenjataan militernya dengan Drone Shaded-136.

Dikutip Gridhot dari Tribun Jogja, kemampuan Drone Shaded-136 buatan Iran yang digunakan oleh Rusia dalam perang melawan Ukraina ternyata cukup mumpuni.

Drone produksi Iran tersebut mampu menghancurkan dua howitzer self-propelled 152 mm, dua howitzer self-propelled 122 mm, serta dua kendaraan infanteri lapis baja BTR milik Ukraina.

Persenjataan militer Ukraina tersebut hancur setelah Drone Shahed-136 yang dioperasikan oleh Rusia melakukan penyerangan di Ukraina di wilayah timur laut Kharkiv.

Baca Juga: 1 Hari Sebelum Hilang, PNS Kota Semarang Iwan Budi yang Tewas Terbakar dan Dimutilasi Tunjukkan Sikap Tak Biasa, Istri Beberkan soal Masalah Seragam: Minta Disetrikakan

Drone buatan Iran tersebut berganti nama Geranium 2 dan warnanya pun diubah menjadi warna khas Rusia.

Kemampuan Drone Shahed-136 sebelumnya sempat disanksikan oleh sejumlah kalangan karena dianggap tak teruji, tak mumpuni, dan ketinggalan zaman dari sisi teknologi.

Namun anggapan tersebut ternyata meleset, Drone Shahed-136 mampu menunjukan efektifitas dan ketangguhan saat melawan persenjataan artileri milik Ukraina.

Keampuan Drone Shahed-136 yang dioperasikan oleh Rusia inipun diakui oleh militer Ukraina.

Komandan Brigade Artileri Mekanik ke-92 Ukraina Kolonel Rodion Kulagin menyebutkan drone Rusia tersebut telah menimbulkan kerusakan serius pada pasukan Ukraina.

"Selama seminggu terakhir, drone sayap delta Shahed-136, dicat ulang dengan warna Rusia dan diganti namanya menjadi Geranium 2, mulai muncul di atas posisi lapis baja dan artileri Ukraina di wilayah timur laut Kharkiv," kata Kolonel Rodion Kulagin, Komandan Brigade Artileri Mekanik ke-92 Ukraina seperti yang dikutip dari Tribunnews.

Kulagin mengungkapkan, di wilayah operasional brigadenya saja, drone Iran—yang biasanya terbang berpasangan dan kemudian menghantam target mereka—telah menghancurkan dua howitzer self-propelled 152 mm, dua howitzer self-propelled 122 mm, serta dua kendaraan infanteri lapis baja BTR.

Kulagin menambahkan, sebelum penggunaan skala besar Shaheds saat ini, Rusia melakukan tes bulan lalu, menyerang howitzer penarik M777 155-mm yang dipasok AS dengan drone.

Sejauh ini, sebagian besar drone Iran tampaknya dikerahkan di wilayah Kharkiv, kawasan yang baru saja jadi titik serangan besar-besaran Brigade ke-92 dan pasukan Ukraina lainnya.

“Di daerah lain, Rusia memiliki daya tembak artileri yang luar biasa, dan mereka berhasil mengatasinya. Di sini, mereka tidak lagi memiliki keunggulan artileri, jadi mereka mulai menggunakan drone ini,” kata Kolonel Kulagin.

Pakar independen yang memeriksa foto-foto reruntuhan pesawat tak berawak baru-baru ini dari wilayah Kharkiv mengatakan bahwa itu tampaknya Shahed-136, evolusi terbaru dari desain sayap delta Teheran.

Baca Juga: Peti Mati Lady Diana dan Ratu Elizabeth II Jauh Berbeda, Milik Janda Pangeran Charles Beratnya Sampai 250 Kg, Ini Isinya yang Bikin Pegawai Kerajaan Ngos-ngosan

Scott Crino, pendiri dan kepala eksekutif Red Six Solutions LLC, sebuah perusahaan konsultan strategis, mengatakan Shahed-136 dapat memberi Rusia “penyeimbang yang kuat” untuk sistem senjata berteknologi tinggi, seperti peluncur rudal Himars, yang diberikan AS kepada Ukraina.

“Kehadiran Shahed-136 dalam perang Ukraina tidak diragukan lagi mengubah rencana operasional Kyiv,” katanya.

Crino mengatakan Shahed-136 dapat digunakan dengan efek yang besar dengan satu menargetkan sistem radar dan yang kedua mengenai artileri.

"Drone Iran juga memiliki sistem anti jamming yang dapat mempersulit pasukan Ukraina untuk melawan. Begitu Shahed mengunci target, akan sulit dihentikan," katanya.

Penggunaan pesawat tak berawak Shahed-136 Rusia di Ukraina merupakan ekspansi paling menantang dari persenjataan Teheran di luar Timur Tengah.

Di kawasan ini, Iran telah berhasil menggunakan kendaraan udara tak berawaknya untuk menekan Amerika dan sekutunya.

Ini juga menyoroti kekurangan dalam program drone Rusia sendiri, yang belum mampu menandingi daya tembak UAV bersenjata yang dikerahkan oleh Ukraina.

Kementerian Pertahanan Inggris, dalam pembaruan intelijennya pada 14 September, juga mengatakan kemungkinan besar Rusia telah mengerahkan drone Iran di Ukraina untuk pertama kalinya.

Memperhatikan bahwa Shahed-136 memiliki jangkauan hingga 2.500 kilometer, tampaknya Moskow menggunakan drone ini untuk serangan taktis di dekat garis depan daripada untuk menghancurkan target yang lebih strategis jauh ke dalam wilayah Ukraina.

Kolonel Kulagin mengungkapkan, drone Iran relatif kecil dan terbang pada ketinggian yang sangat rendah, sehingga sulit bagi sistem pertahanan udara Ukraina untuk mendeteksi mereka.

Dia berharap AS dan sekutunya dapat memberi Ukraina teknologi antidrone yang lebih canggih, atau akan turun tangan untuk mengganggu pengiriman drone Iran ke Rusia.

Baca Juga: Bermarkas 200 Meter dari Mabes Polri, Pemilik Private Jet yang Dipakai Brigjen Hendra Kurniawan Dibongkar IPW, Sosok Direktur Utama Ini Diduga Jadi Bos Konsorsium Judi

Ukraina sendiri juga mengoperasikan armada drone yang dipersenjatai dengan rudal.

Drone Bayraktar TB2 buatan Turki ini menghancurkan beberapa kolom lapis baja Rusia pada hari-hari awal perang dan digunakan lebih sering sekali lagi,

Baik Rusia dan Ukraina juga menggunakan apa yang dikenal sebagai drone kamikaze, atau amunisi yang berkeliaran.

Grup Kalashnikov Rusia telah mengembangkan drone buatan sendiri yang dikenal sebagai Kub-Bla, sementara Ukraina menerbangkan drone Warmate buatan Polandia dan Switchblade yang dipasok AS, serta beberapa UAV buatan lokal.

Amunisi ini memiliki jangkauan dan waktu terbang yang jauh lebih pendek daripada drone Shahed yang dikembangkan Iran, dan membawa muatan yang jauh lebih kecil.

Iran telah muncul sebagai salah satu pengembang drone tempur paling banyak akal di dunia.

Sebagian drone mereka merupakan hasil rekayasa dari drone buatan AS yang berhasil dijatuhkan Teheran.

Sejak Iran meluncurkan drone kamikaze pada tahun 2016, versi mereka telah digunakan untuk melakukan serangan di Timur Tengah.

Tahun lalu, pemerintah Inggris menuduh Iran menggunakan drone Shahed-136 untuk menyerang kapal tanker minyak yang berafiliasi dengan Israel di lepas pantai Oman, dalam sebuah insiden yang menewaskan dua anggota awak.

Investigasi militer AS menemukan puing-puing drone dari kapal tanker MT Mercer Street dan menyimpulkan bahwa ini adalah bagian dari drone sayap delta buatan Iran.

Washington juga menuduh Iran menggunakan drone sayap delta sebagai bagian dari serangan terkoordinasi 2019 terhadap industri minyak Arab Saudi.

Baca Juga: Konon Akan Dapat Kabar Baik, Inilah Arti Kedutan di Telinga Kiri Menurut Primbon Jawa, Siap-siap Anda Naik Jabatan

Pasukan Houthi yang didukung Iran di Yaman telah berulang kali menggunakan drone sayap delta untuk melakukan serangan terhadap negara tetangga Arab Saudi.

(*)