Pada masa awal perkembangan Islam di pulau Jawa, beduk dan kentongan menjadi penanda masuknya waktu shalat.
Ketika beduk dan kentongan dipukul, orang kemudian berbondong-bondong ke masjid atau musala untuk melaksanakan shalat berjamaah.
Meski saat ini zaman sudah berubah dengan banyaknya peralatan modern sebagai pengganti beduk atau kentongan, namun peninggalan para pendahulu tidak serta merta ditinggalkan begitu saja.
Sesuatu yang baik layak dilestarikan sebagai pengingat sejarah.
Begitu pula di beberapa pondok pesatren di Indonesia tradisi ini masih di pertahankan.
Baca Juga : Tidak untuk Mencuri, Maling Ini Masuk Rumah Justru Cucikan Piring Pemilik Rumah Lalu Pergi
Salah satunya di Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan.
Tetabuhan beduk dan kentongan mengalun ritmik dari Masjid Shiddiq Zarkasyi Kompleks Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan setiap tengah malam selama bulan Ramadhan.
"Dengan melestarikan tradisi Wali Songo yang sangat baik ini, akan membuat pahala para wali yang menciptakan beduk dan kentongan sebagai pemanggil shalat terus mengalir," kata pengasuh Ponpes An-Nawawi KH Achmad Chalwani.
Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah ini menuturkan, selain menjadi penanda waktu shalat, beduk dan kentongan ini juga ditabuh dalam momentum-momentum tertentu.