Baca Juga : Ibunya Sibuk Mengangkat Telepon, Seorang Balita Tewas Terlindas Truk Saat Asik Bermain
Seperti menjelang Ramadhan, sepanjang tengah malam selama Ramadhan, menjelang hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha.
Tetabuhan momentum-momentum tertentu itulah yang disebut tedur.
"Kalau di sini ketukan pukulan beduk dan kentongan antara waktu shalat satu dengan yang lain berbeda-beda. Kalau tedur, pukulannya lebih ritmik," terangnya.
Baca Juga : Fenomena Setan Gundul, Pernah Hantui Kejayaan Orde Baru dan Muncul Kembali Usai Pemilu 2019
Ketika ditanya asal muasal nama tedur, KH Chalwani mengaku tidak begitu paham. Nama itu telah turun temurun dipakai sejak zaman dahulu.
Di Purworejo Jawa Tengah, tradisi tedur tidak hanya dilakukan di Berjan saja.
Namun Pesantren dan masjid di desa-desa juga banyak yang melakukannya.
"Memang saat ini, tedur tidak lagi sesemangat zaman dulu. Maka di An-Nawawi saya memberikan penekanan kepada para santri agar tedur tetap dilestarikan agar tidak punah termakan zaman," ujarnya.
Dalam perjalanan sejarahnya, tedur pernah berjasa turut serta berperan mengusir penjajah Belanda.