Tetabuhan beduk dan kentongan mengalun ritmik dari Masjid Shiddiq Zarkasyi Kompleks Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan setiap tengah malam selama bulan Ramadhan.
"Dengan melestarikan tradisi Wali Songo yang sangat baik ini, akan membuat pahala para wali yang menciptakan beduk dan kentongan sebagai pemanggil shalat terus mengalir," kata pengasuh Ponpes An-Nawawi KH Achmad Chalwani.
Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah ini menuturkan, selain menjadi penanda waktu shalat, beduk dan kentongan ini juga ditabuh dalam momentum-momentum tertentu.
Baca Juga : Ibunya Sibuk Mengangkat Telepon, Seorang Balita Tewas Terlindas Truk Saat Asik Bermain
Seperti menjelang Ramadhan, sepanjang tengah malam selama Ramadhan, menjelang hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha.
Tetabuhan momentum-momentum tertentu itulah yang disebut tedur.
"Kalau di sini ketukan pukulan beduk dan kentongan antara waktu shalat satu dengan yang lain berbeda-beda. Kalau tedur, pukulannya lebih ritmik," terangnya.
Baca Juga : Fenomena Setan Gundul, Pernah Hantui Kejayaan Orde Baru dan Muncul Kembali Usai Pemilu 2019
Ketika ditanya asal muasal nama tedur, KH Chalwani mengaku tidak begitu paham.
Nama itu telah turun temurun dipakai sejak zaman dahulu.
Source | : | nu.or.id |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Seto Ajinugroho |
Komentar