"Saudara Kusni, sesuai dengan sifat baru lembaga kita, di sini dilaksanakan juga pelajaran budi pekerti dan agama. Apakah mungkin saudara tertarik mengikuti salah satunya?" Kata Sukoharjo.
Pertanyaan itu membuat Kusni tenggelam dalam lamunan panjang. Sampai akhirnya ia mengatakan kepada Sukoharjo bahwa ia ingin lahir kembali.
Seminggu kemudian, seorang bernama Van Iersel datang ke tahanan.
"Beragama atau tidak, sebenarnya tidak terlalu penting, yang utama ialah berdoa dan berbuat demi sesama, sebab dengan demikianlah kita memuliakan Tuhan," ucap Iersel seperti yang dikenang Kusni saat itu.
Kata doa yang terus diucapkan Iersel menarik perhatian Kusni.
Tiba-tiba, ia sibuk menciptakan benda dari barang-barang yang ada di tahanan. Pigura, patung salib, masjid, dan gereja ia buat dari hasil kreativitas dan pengalamannya bersekolah di sekolah teknik.
Iersel yang melihat kemampuan Kusni lantas coba menyalurkan bakat pria yang coba merampok di Museum Nasional ini dengan mendatangkan sejumlah orang yang ahli di bidangnya.
Saat hari-hari Kusni disibukan membuat karya-karya, ia dipanggil ke kantor. Ada orang yang ingin membesuknya.
Dilihatnya seorang gadis yang sangat mirip dengan mantan istrinya dulu bernama Ningsih. Tiba-tiba, gadis remaja itu memeluknya.
"Ayah," ucap gadis itu berlumuran air mata.