Dari modal satu Dakota DC-3 "Seulawah" sumbangan rakyat Aceh, Indonesia mampu membeli pesawat-pesawat lain, bahkan menghadiahkan sebuah Dakota kepada Pemerintah Burma.
Untuk mendukung armadanya, dibangun pusat perawatan pesawat Garuda Maintenance Facility, pusat pelatihan Duri Kosambi, dan pusat catering, membangun hotel di Sanur dan hotel Nusa Dua Beach senilai 30 juta dollar AS di Bali.
Ia sekaligus menempatkan Garuda Indonesian Airways pada jajaran maskapai kelas dunia.
Dipecat Soeharto
Unsur kredibilitas dan pemupukan modal lenyap dari Garuda Indonesia sejak Wiweko yang berhasil mengisolasikan Garuda dari unsur KKN, malah dicopot oleh Presiden Soeharto pada November 1984.
Kepada penggantinya, ia meninggalkan surplus tunai sebesar 108 juta dollar AS plus dana taktis sekitar 4 juta dollar AS.
Selain dana tersebut menguap, sengaja atau tidak sengaja, ikut pula lenyap warisan Wiweko menerbitkan Annual Report yang memuat posisi keuangan Garuda, rencana pengembangan perusahaan, dan informasi lain yang dapat dipergunakan menganalisa kondisi perusahaan secara menyeluruh.
Pernah Nyaris Bangkrut
Seperti diberitakan harian Kompas, 26 Januari 1999, badai krisis moneter dan tahun-tahun setelahnya jadi masa-masa paling pelik yang dialami perusahaan ini. Perusahaan bahkan hampir bangkrut lantaran beban utang yang terlampau berat.