Dalam hal ini, flat artinya dalam jangka panjang tidak memberikan perubahan terlalu besar dalam SBN yield, sehingga biayanya tidak terlalu meningkat, namun dengan jangka panjang yang lebih besar.
Sri Mulyani mengatakan, posisi yield yang didapatkan pemerintah pada penerbitan kali ini jauh lebih baik ketimbang penerbitan pada tahun 2015 dan 2018.
Di mana pada tahun tersebut, terjadi arus modal keluar (capital outflow) yang cukup besar dan pelemahan kurs rupiah yang signifikan.
“Kita mampu mendapatkan pricing atau yield yang lebih favorable atau lebih rendah. Ini sesuatu yg cukup positif menggambarkan reputasi Indonesia yang cukup stabil selama ini,” pungkasnya.
Adapun ketiga seri surat utang global yang dikeluarkan pemerintah Indonesia yakni seri pertama, RI1030 bertenor 10,5 tahun dengan nominal US$ 1,65 miliar dengan imbal hasil (yield) sebesar 3,9%.
Seri kedua, RI1050, bertenor 30,5 tahun dengan nominal US$ 1,65 miliar dan yield sebesar 4,25%.
Sementara seri ketiga, RI0470, bertenor 50 tahun dengan nominal US$ 1 miliar dan yield sebesar 4,5%. (*)