Antara Soekarno-Hatta dan golongan Pemuda tidak ada perbedaan prinsip tentang kemerdekaan Indonesia, hanya berbeda dalam memilih cara.
"Juga di dalam zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah berhenti. Di zaman Jepang, tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap percaya kepada kekuatan kita sendiri."
Demikian amanat Bung Karno mendahului pembacaan Proklamasi Kemerdekaan, menurut almarhum Prof. Mr. Moh.Yamin dalam bukunya "Dari Proklatnasi Sampai Resopim".
Ada perbedaan pendapat antara golongan Soekarno-Hatta dan golongan Pemuda pada masa itu tentang unsur Jepang. Golongan Pemuda tak mau tahu Jepang.
Mereka menolak sama sekali kemungkinan adanya kesan seakan-akan kemerdekaan yang akan diproklamasikan adalah "hadiah" Jepang.
Golongan Soekarno-Hatta juga tetap bersandar pada kekuatan sendiri.
Tetapi mereka memandang unsur kekuatan Jepang yang masih ada, sebagai realitas yang tak dapat diabaikan, justru untuk menyusun organisasi dan kekuatan revolusi selanjutnya.
Keduanya tetap hendak mempergunakan Panitia Persiapan Kemerdekaan yang ditambah dengan unsur Pemuda dan unsur-unsur lain sebagai tempat musyawarah dan penyalur.
Karena itu diputuskan untuk mengundang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia berapat pada tanggal 16 Agustus jam 10 pagi di kantor Dewan Sanyo di Pejambon nomor 2 (Deparlu sekarang).