Kemudian masih ada 15 milyar Yen untuk membantu firma kecil menengah yang terdampak resesi ekonomi.
Pembicaraan yang sama dilakukan Motegi bersama pimpinan Kamboja dan Laos akhir pekan lalu: di Vientiane ibukota Laos, Menlu Jepang tersebut janjikan bantuan total 2 milyar Yen untuk memperbaiki sekolah dan 500 milyar Yen untuk transportasi umum.
Sedangkan di Phnom Penh ibukota Kamboja, ia sebutkan Jepang akan melanjutkan mendukung perkembangan ekonomi negara itu melalui pembangunan "koridor ekonomi".
Koridor ekonomi adalah jalan yang mengaitkan Thailand dan Vietnam.
Pakar politik internasional yaitu Profesor David Arase di kampus Nanjing, Johns Hopkins School of Advanced International Studies melihat virus Corona telah dimanfaatkan Jepang sebaik mungkin untuk mengamankan hubungan dengan negara Asia lain saat mereka mulai memindahkan produksi manufaktur dari China.
Antara 13-15 Agustus, Motegi juga telah kunjungi Singapura dan Malaysia, kemungkinan untuk mulai kembangkan pabrik mereka di negara-negara itu.
Jepang juga berusaha menjaga hubungan baik dengan negara ASEAN untuk memperluas pasar dagang mereka, dan survei terbaru dari Standard Chartered Bank temukan jika karena ketegangan AS dan China serta pandemi telah membuat negara Asia mencari sumber hasil dagang baru selain China.
Vietnam menjadi negara pertama yang ingin lepas dari China, diikuti Kamboja, Myanmar, Bangladesh dan Thailand.
Arase juga sebutkan langkah Motegi, yang kemungkinan besar akan menjadi Perdana Menteri Jepang selanjutnya setelah Shinzo Abe, merupakan langkah yang "sangat proaktif dalam menyusun pertemuan antar muka antara menteri-menteri di pemerintahan."
Sementara Washington dan Beijing terlalu sibuk membangun 'kredibilitas' mereka untuk mendapatkan kekuasaan di Indo-Pasifik, manuver Jepang memang sangat khas dengan ciri mereka: baik dan teratur serta tepat sasaran.