Kenaikan omzet penjualan lantaran harga tanaman yang dikenal sebutan ratu daun cantik itu naik menjadi tiga kali lipat.
“Kalau dibandingkan sekarang harganya dua sampai tiga kali lipat. Dahulu harga di bawah Rp 100.000-an masih banyak. Namun, saat ini sudah jarang ditemukan tanaman aglonema dengan harga seperti itu,” ungkap Eka.
Harga aglonema mulai naik setelah banyak diburu orang di masa pandemi.
Pehobi yang datang ke rumahnya rata-rata ibu rumah tangga.
“Empat bulan pas harga naik-naiknya banyak yang cari. Bahkan pehobi aglonema dari Ngawi, Magetan, Pacitan, Ponorogo, Blitar, sampai dari Surabaya datang ke sini,” tutur Eka.
Peminatnya pun tidak hanya dari wilayah seputaran Madiun saja, tapi juga dari luar pulau Jawa, seperti Sumatera, Bali, dan Makassar.
Rata-rata pemburu aglaonema yang datang ke rumah Eka mengetahui dari unggahan di Instagramnya @eka_florismadiun dan cerita dari mulut ke mulut.
Hanya saja, dirinya belum bisa melayani penjualan antar pulau lantaran prosedur yang rumit.
“Semalam datang warga dari Makassar, tapi setelah tahu mau dibawa ke Makassar tidak jadi karena untuk membawa tanaman menumpang pesawat agak rumit prosedurnya. Setiap tanaman yang mau dibawa melalui pesawat harus melalui karantina,” jelas Eka.
Banyaknya warga yang berburu aglaonema juga membuat pasangan ini kesulitan mencari stok tanaman.
Ia bersama suami mengandalkan jejaring di media sosial dan melakukan pencarian hingga Magetan dan Kediri.