Kebiasaan Harris dalam beraktivitas menggunakan Converse memang nggak terlalu penting dibanding urusan negara.
Namun, gaya yang Harris tunjukkan menegaskan siapa dia sebenarnya, termasuk cara pendekatannya terhadap dunia politik. Sneaker yang dipakai Harris menyiratkan bahwa dia adalah pejabat yang lebih berfokus pada praktik, bukan wacana.
"Sneaker itu berfungsi sebagai item yang setara dengan kondisi di mana ia bersedia menyingsingkan lengan bajunya," kata kurator senior Bata Shoe Museum, Elizabeth Semmelhack kepada The Guardian.
Ditambah lagi, Converse bergaya retro milik Harris merupakan sepatu dengan harga terjangkau dan nggak asing bagi kebanyakan orang, terlepas dari usia, ras, jenis kelamin, atau status sosial ekonomi mereka.
"Apa pun latar belakangmu atau bahasa apa pun yang nenekmu ucapkan, kita semua suatu saat pernah memiliki Converse Chuck Taylor bukan?" ucap Harris saat wawancara dengan Complex.
Dalam hal ini, pilihan alas kaki nggak cuman menunjukkan jika Harris memahami warga AS, namun dia juga lebih merakyat.
Sneaker Converse bukan hal baru bagi kalangan atlet, artis, musisi, atau masyarakat pada umumnya. Namun, sepatu tersebut seolah nggak pernah mendapat tempat di dunia politik.
Sepanjang sejarah Amerika, kondisi di mana seorang pejabat politik mengenakan sepatu wingtip, heels, stiletto dan sneaker sangatlah langka. Kondisi itu berubah di tahun 2013, ketika senator negara bagian Texas, Wendy Davis memakai sepasang sepatu lari Mizuno merah muda.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar