Lebih lanjut, Suriastawa mengatakan, KKB merupakan salah satu sayap gerakan Organisasi Papua Merdeka.
Namun, masih ada dua gerakan lagi yakni sayap politik dan kelompok klandestin.
Suriastawa melanjutkan, ketiga sayap gerakan tersebut memanfaatkan media sosial atau medsos untuk saling berkomunikasi.
Biasanya, mereka berkomunikasi untuk merencanakan aksi. Selain itu, juga untuk menyebarkan berita bohong.
Hal itu dilakukan untuk membentuk opini publik, sehingga membuat citra buruk tentang pemerintahan Indonesia, termasuk TNI-Polri terkait persoalan Papua.
"Tiga sayap gerakan ini memanfaatkan medsos untuk saling berkomunikasi, merencanakan aksi dan menyebarkan berita bohong," ucap Suriastawa.
"Membentuk opini buruk memang cara mereka untuk menyudutkan pemerintah Indonesia (termasuk TNI/Polri) terkait masalah Papua melalui berbagai platform medsos."
Suriastawa menambahkan, pihak yang dihadapi TNI-Polri saat ini bukan lagi hanya dari kelompok kriminal bersenjata (KKB). Melainkan juga kelompok klandestin.
Kelompok tersebut, kata Suriastawa, berada di dalam maupun luar negeri. Selain itu, profesi kelompok ini bisa apa saja.
"Jadi, yang dihadapi bukan hanya Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) yang ada di gunung-gunung saja," kata Suriastawa.