Laporan yang baru saja dirilis Stop AAPI Hate menunjukkan peningkatan laporan sentimen anti-Asia sejak Maret 2020 hingga Februari 2021, yang jumlahnya kini mencapai 3.795 kasus.
Enam puluh delapan persen kasus itu merupakan pelecehan secara verbal, tetapi ada pula serangan fisik dan serangan di dunia maya.
Laporan itu menunjukkan perempuan 2,3 kali lebih sering menjadi sasaran dibandingkan laki-laki.
Mempersiapkan anak
Robert yang memiliki dua anak, dan Wulan yang memiliki seorang anak, bertambah khawatir menjelang dimulainya kembali sekolah tatap mula April ini.
"Unfortunately pemimpin kita sebelumnya menormalisasi terminologi KungFlu atau virus China, dll. Anak-anak melihat dan mempelajari hal ini, dan bisa jadi akan menggunakannya juga."
"Bullying sudah jadi masalah sejak lama di sini. Saya khawatir ini akan menjadi lebih parah dengan adanya masalah Covid-19 di mana orang Asia dijadikan kambing hitam," papar Robert.
"Kita tahu ini akan terjadi di sekolah. Merupakan tugas saya untuk memberitahu pejabat sekolah agar menyadari isu ini dan bersiap menghadapinya," tambahnya.
Lebih jauh ia mengatakan, sedang merancang e-mail untuk mengingatkan urgensi isu ini pada guru, kepala sekolah, anggota dewan sekolah hingga kepala dinas pendidikan di mana ia berada.
Sementara Wulan tidak saja khawatir pada putrinya, tetapi juga anak-anak Asia lain.
"Kebetulan muka anak saya enggak terlalu Asia banget dan sejauh ini dia bersahabat dengan teman-teman sekelasnya. Sekolahnya juga kecil, kelas dua SD hanya ada dua kelas."
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar