Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Ternyata Tak Boleh Sembarangan, Ini Mitos Hari Sabtu Bagi Warga di Sekitar Waduk Kedung Ombo: Ada Angin Kencang dan Ombak Tiba-tiba

Desy Kurniasari - Selasa, 18 Mei 2021 | 10:13
Makam terapung dan tragedi perahu terbalik di Waduk Kedung Ombo
tribunnews.com

Makam terapung dan tragedi perahu terbalik di Waduk Kedung Ombo

GridHot.ID - Sabtu (15/5/2021) lalu terjadi insiden di Waduk Kedung Ombo, Boyolali, Jawa Tengah.

Melansir Kompas.com, Sabtu (15/5/2021) terjadi kecelakaan perahu wisata terbalik di Waduk Kedung Ombo, Dukuh Bulu Desa Wonoharjo, Kemusu, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Terkait hal itu, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Dispora) Boyolali Susilo Hartono menjelaskan sebab kecelakaan itu.

Baca Juga: Memilukan, Ikut Jadi Korban Perahu Terbalik di Waduk Kedung Ombo, Jasad Ibu dan 2 Anak Kembarnya Ini Ditemukan dalam Posisi Begini

Tenggelamnya kapal terjadi sekitar pukul 11.00 WIB. Saat itu, perahu milik pengelola warung apung hendak menjemput wisatawan yang ingin berkunjung ke warung apung.

Rencananya para penumpang akan makan di sana. Ketika perahu sudah hampir sampai di warung apung, ada penumpang yang berpindah ke bagian depan perahu dan melakukan selfie atau berswafoto.

Akibatnya perahu yang ditumpangi itu menjorok ke depan. Lalu, air mulai masuk sehingga kapal bersama 21 penumpang terbalik.

Baca Juga: Selfie Berujung Petaka, Dinahkodai Bocah 13 Tahun, Ini Sederet Fakta Terbaliknya Perahu Maut di Waduk Kedung Ombo Boyolali

Sementara itu, mengutip TribunSolo.com, hari Sabtu dalam pasaran tertentu Primbon Jawa ternyata menjadi 'alarm' bagi warga di sekitar Waduk Kedung Ombo.

Khususnya bagi warga yang bermukim sekitar waduk di Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali.

Ada apa dengan hari Sabtu?

Warga setempat, Sawiyatun (48) mengatakan ada mitos atau keyakinan yang berkembang di tengah masyarakat soal hari Sabtu pada pasaran tertentu penanggalan Jawa.

Hal itu tidak jauh berkaitan dengan waktu pembuatan waduk yang menelan puluhan desa pada 1985 silam.

"Kata orang tua waktu bikin waduk, itu kalau tidak salah Sabtu (Pahing),' katanya kepada TribunSolo.com, Minggu (16/5/2021).

Baca Juga: Angin Berputar Kencang Belasan Menit, Warga Wonogiri Digegerkan dengan Kemunculan Awan Mirip Puting Beliung di Waduk Gajah Mungkur, Berikut Penjelasan BMKG!

"Maka setiap hari itu, warga di sini disuruh hati-hari tidak boleh sembarangan," jelasnya membeberkan.

Ketika mendekati hari tersebut, sambung Sawiyatun, biasanya terjadi fenomena alam yang tidak lazim.

"Kadangkala ada angin kencang tiba-tiba berhembus, ada ombak tiba-tiba," ucapnya.

Baca Juga: Kemunculannya ke Permukaan Dianggap Jadi Pertanda Gempa Bumi, Intip Penampakan Ikan Oarfish yang Bisa Bikin Heboh, Disebut-sebut sebagai Utusan dari Istana Dewa Laut

Warga setempat yang hendak beraktivitas di waduk biasanya sudah ada persiapan, di antaranya membawa peralatan pengaman.

"Warga di sini sudah tahu, setiap mau ke mana pasti bawa alat pelampung," ujar dia.

"Entah mau ke ladang atau ke tengah waduk biasanya bawa pelampung. Warga sudah tahu," tambahnya.

Namun, Sawiyatun tidak memungkiri para pengunjung belum mengetahui mitos tersebut.

Para warga pun sudah berusaha mengingatkan pengunjung yang berkunjung ke waduk.

Baca Juga: Supaya Tetap Bisa Hidup, Sule Kecil Terpaksa Tak Akui Ayah Kandungnya, Sang Pelawak: Karena Banyak Anak Emak Saya yang Setelah Lahir Meninggal

"Sudah diberitahu, bahwa hari Sabtu ini harus hati - hati," ucap dia.

Makam Nyi Ageng Serang di atas Waduk Kedung Ombo Boyolali

Makam Nyi Ageng Serang di atas Waduk Kedung Ombo Boyolali

Kisah Kelam Waduk

Adapun kejadian mengerikan 9 orang tewas tenggelam di Waduk Kedung Ombo membuka kembali memoar perjalanan pembangunannya.

Waduk buatan era Presiden Soeharto itu, berada di wilayah Kabupaten Boyolali, Sragen dan Grobogan.

Hal itu dikisahkan oleh salah seorang Aktivis Komite Solidaritas Waduk Kedung Ombo, Wahyu Susilo kepada TribunSolo.com.

Dirinya menceritakan, banyak hal janggal saat proses pembebasan lahan saat itu mulai tahun 1985 silam.

Baca Juga: Bongkar Kontroversi Babi Ngepet di Depok, Polisi Temukan Kasus Penipuan Berkedok Mitos, Pelaku Bekerja Sama Merekayasa hingga Keluar Modal Beli Babi Rp 1,1 Juta

"Banyak masyarakat yang menentang, karena luas waduk itu sendiri menelan 37 desa di tiga kabupaten yaitu, Sragen, Boyolali, dan Grobogan," katanya kepada Senin (17/5/2021).

"Hanya demi menghabiskan dana bantuan dari Bank Dunia," terangnya menekankan.

Ya, menurut dia, Bank Dunia mengucurkan anggaran hingga 156 juta US dolar untuk membangun waduk seluas 5.898 hektar tersebut.

Maka banyak lahan yang harus ditenggelamkan demi sebuah waduk tersebut.

"Terutama lahan yang digusur itu sebagian besar merupakan sawah milik warga, sehingga mereka mau makan apa saat itu?," ungkapnya.

Tragisnya menurut dia, para penentang kebijakan Waduk Kedung Ombo tidak hanya diperkarakan secara hukum, namun juga difitnah dan diberi label sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).

Baca Juga: Indonesia 'Darurat' Isu Babi Ngepet, Ahli Budaya Negeri Paman Sam Bongkar Asal Mula Mitos Pesugihan Ini, Berikut Hasil Riset dan Penelitiannya

Maklum saat itu ada yang menentang karena dinilai tidak ada komunikasi dengan baik dengan masyarakat sekitar.

"Di KTP mereka diberi label stampel ET (eks Tapol) yang membuat mereka kehilangan hak perdata di masyarakat," ujarnya.

Wahyu menjelaskan mereka telah berusaha menempuh secara jalur pengadilan hingga tingkat Mahkamah Agung, namun semuanya berujung pada kesia-siaan belaka.

"Kita tahu di belakang meja pengadilan ada siapa," kisahnya.

Baca Juga: Masih Dijunjung Tinggi dan Dipercaya Sakral Oleh Masyarakat Jawa, Inilah Filosofi Weton Pasaran Menurut Keistimewaan dan Kelemahannya, Berikut Penjelasan Spiritualnya

Kini saat kecelakaan kapal perahu terbalik di Waduk Kedung Ombo, dirinya menyebut bahwa bukan hal pertama, dan sudah diprediksi sebelumnya.

"Sudah diprediksi, karena masyarakat disitu agraris, tidak terbiasa dengan wilayah air yang luas seperti lautan," aku dia.

"Sehingga ketika mengelola tidak terlalu lihai dan rawan terjadi kecelakaan," jelasnya.

Asal Usul Warung Apung

Dari tahun ke tahun warung apung kian merebak di Waduk Kedung Ombo Boyolali.

Ternyata warung makan yang mengapung di atas waduk di Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu tadinya hanya satu lokasi.

Baca Juga: Melipir ke Pinggir Hutan Tengok Kerbaunya Sebelum Jumatan, Pria 40 Tahun di Aceh Timur Mendadak Hilang Secara Misterius, Warga Beri Spekulasi Kepincut Janda Bolong hingga Diculik Makhluk Halus

Kemudian satu per satu kian merebak hingga kini, ada yang dekat dengan daratan ada yang berada di tengah sehingga harus pakai perahu untuk menjangkaunya.

Lantas dari kapan warung di atas air itu ada?

Pemilik warung apung, Isa mengatakan banyak warga sekitar yang beralih profesi yang sebelumnya karamba menjadi berbisnis warung apung.

Baca Juga: Masih Dianggap Mitos Sebagian Masyarakat, Netizen Twitter Justru DiHebohkan dengan Trendingnya Postingan Tubuh Penuh Susuk, Ahli Spiritual Beberkan Kebenaran dan Khasiatnya

Warung tersebut ada sejak 12 tahun silam.

Adapun kenapa kian berkembang, karena ternyata sensasinya diincar banyak pengunjung.

"Kalau menunya sama ikan bakar, yang membedakan tempatnya, makan di atas air, banyak pengunjung yang suka ternyata," ujarnya kepada TribunSolo.com, Minggu (16/5/2021).

Selain itu, adanya fasilitas perahu untuk berkeliling waduk lebih memanjakan para pengunjung yang datang.

"Kalau fasilitas perahu disediakan masing-masing warung apung, sekaligus bisa berkeliling waduk," tambahnya.

Baca Juga: 40 Orang Jadi Korban Keganasannya, Berikut Kisah Predator 'Bujang Senang' yang Miliki Besar dan Panjang Seukuran Bus, Hanya Bisa Tahkluk dengan 'Paku' Dukun Ini

Menurut Isa, warung apung selalu jadi incaran pengunjung, dari tahun ke tahun karena selain menikmati alamnya waduk, juga kuliner berbeda.

Yakni makan di atas air di warung mengapung tersebut, sehingga kemudian dinamakan warung apung.

"Ramai, selalu ramai, 3 minggu ini ramai yang datang," aku dia.

Baca Juga: Padahal Jadi Hari Penuh Kemuliaan, Malam 1 Suro Tiba-tiba Diyakini Menyimpan Musibah dan Bencana, Ternyata Inilah Fakta dan Mitos 1 Muharram dalam Islam

Begitu juga dengan pemilik warung apung lainnya, Gimin.

Dia mengaku sempat terpuruk karena usaha keramba ikannya bangkrut.

"Lima tahun usaha keramba ikan, tapi bangkrut, akhirnya mendirikan warung apung ini," jelasnya.

Setelah mendirikan warung apung, penghasilan yang didapatkannya lebih terjamin ketimbang karamba yang sering mengalami kerugian.

Baca Juga: Ini Watak Pria dan Wanita Berdasarkan Tanggal Lahir, Ayo Cek Sendiri dan Cocokkan Sisi Baik dan Buruk Sifatmu!

Di antaranya karena banyak ikan sering mati.

"Kalau warung apung setiap hari dapat pengasilan, kalau usaha keramba, panennya 3 bulan sekali," paparnya.

Di area Waduk Kedung Ombo di Desa Wonoharjo, terdapat beberapa warung apung yang dikelola masing-masing perseorangan.

Baca Juga: Ada yang Berkekuatan Chakra Jantung Sampai Pemegang Segel Mahkota Langit, 5 Weton Ini Disebut Paling Sakral dan Sakti Menurut Primbon Jawa, Berikut Penjelasannya

Menurut kesaksian Gimin, selama 8 tahun membuka warung apung miliknya, kejadian kapal terbalik yang menelan korban baru kali ini terjadi.

"Kapal terbalik ya baru ini, kemarin belum ada, namanya juga musibah, nggak ada yang tahu," kata dia.(*)

Source :Kompas.comTribunSolo.com

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x