Dia mengaku sempat terpuruk karena usaha keramba ikannya bangkrut.
"Lima tahun usaha keramba ikan, tapi bangkrut, akhirnya mendirikan warung apung ini," jelasnya.
Setelah mendirikan warung apung, penghasilan yang didapatkannya lebih terjamin ketimbang karamba yang sering mengalami kerugian.
Di antaranya karena banyak ikan sering mati.
"Kalau warung apung setiap hari dapat pengasilan, kalau usaha keramba, panennya 3 bulan sekali," paparnya.
Di area Waduk Kedung Ombo di Desa Wonoharjo, terdapat beberapa warung apung yang dikelola masing-masing perseorangan.
Menurut kesaksian Gimin, selama 8 tahun membuka warung apung miliknya, kejadian kapal terbalik yang menelan korban baru kali ini terjadi.
"Kapal terbalik ya baru ini, kemarin belum ada, namanya juga musibah, nggak ada yang tahu," kata dia.(*)
Source | : | Kompas.com,TribunSolo.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar