Menurut Isa, warung apung selalu jadi incaran pengunjung, dari tahun ke tahun karena selain menikmati alamnya waduk, juga kuliner berbeda.
Yakni makan di atas air di warung mengapung tersebut, sehingga kemudian dinamakan warung apung.
"Ramai, selalu ramai, 3 minggu ini ramai yang datang," aku dia.
Begitu juga dengan pemilik warung apung lainnya, Gimin.
Dia mengaku sempat terpuruk karena usaha keramba ikannya bangkrut.
"Lima tahun usaha keramba ikan, tapi bangkrut, akhirnya mendirikan warung apung ini," jelasnya.
Setelah mendirikan warung apung, penghasilan yang didapatkannya lebih terjamin ketimbang karamba yang sering mengalami kerugian.
Di antaranya karena banyak ikan sering mati.
"Kalau warung apung setiap hari dapat pengasilan, kalau usaha keramba, panennya 3 bulan sekali," paparnya.