Sus Derthi Widhyari dan rekan-rekannya menerima seekor kucing domestik jantan dewasa steril berumur tiga tahun bernama Lapet.
Kucing itu dalam keadaan anoreksia atau tidak mau makan, lemas, perut membesar, diare, mudah stres, dan mengalami penurunan bobot badan. Dalam kesimpulannya, berdasarkan pemeriksaan klinis, kucing Lapet didiagnosa diduga mengalami FIP tipe basah.
Salah satu obat yang disarankan untuk FIP pada kucing ini remdesivir, obat analog nukleosida. Penelitian penggunaan remdesivir untuk FIP yang dikutip Lyons adalah dilakukan oleh Niels C Pedersen dari FKH Universitas California, Davis, AS, dan rekan-rekannya.
Penelitian mereka berjudul “Khasiat dan Keamanan Analog Nukleosida GS-441524 untuk Pengobatan Kucing dengan FIP yang Terjadi Secara Alami”.
Penelitian Niels C Pedersen dan rekan-rekannya ini dimuat dalam Journal of Feline Medicine and Surgery edisi 13 Februari 2019.
Pedersen dan rekan-rekannya meneliti 31 kucing yang menderita FIP, 26 kucing FIP tipe basah dan enam kucing tipe kering. Usianya berkisar antara usia 3,4–73 bulan dengan rata-rata 13,6 bulan.
Kucing-kucing penderita FIP mendapat terapi GS-441524 dengan dosis 2,0 mg/kg yang disuntik di bawah kulit (subkutan) setiap 24 jam selama setidaknya 12 minggu dan meningkat dosisnya apabila diindikasikan menjadi 4,0 mg/kg subkutan setiap 24 jam.
Hasil penelitiannya menunjukkan, empat kucing dieutanasia atau mati dalam dua sampai lima hari karena penyakit berkembang menjadi parah dan komplikasi lainnya. Kucing kelima dieutanasia setelah 26 hari karena kurangnya respons pengobatan.
Respon klinis dari 26 kucing yang menyelesaikan setidaknya 12 minggu pengobatan sangat dramatis. Demam sembuh dalam 12-36 jam, bersamaan dengan peningkatan nafsu makan, tingkat aktivitas, dan penambahan berat badan setiap hari. Cairan perut menghilang dengan cepat selama satu hingga dua minggu mulai sekitar 10-14 hari pasca-perawatan.