"Kami yakin data browsing history itu bukan berasal dari data internal IndiHome. Ada kemungkinan data-data history browsing itu malware karena pernah mengakses situs-situs terlarang," jelas dia.
"Sebaiknya memang kita semua bijak menggunakan akses internet dan waspada terhadap situs-situs terlarang karena bisa saja mengandung malware. Harus kudu waspada tinggi sekali," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menyebut, keanehan lainnya data yang menjadi sample adalah data browsing history tahun 2018.
"Apakah itu valid? Kok saya meragukan sekali," tandasnya.
Sedang didalami
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Semuel A.
Pangerapan menanggapi dugaan kebocoran data pelanggan layanan Indihome, PT Telkom Indonesia (Persero). Ia menerangkan, saat ini pihaknya tengah melakukan pendalaman terhadap dugaan insiden tersebut.
"Sehubungan dengan informasi dugaan kebocoran data pribadi pelanggan Indihome, PT Telkom Indonesia (Persero), Kementerian Kominfo sedang melakukan pendalaman terhadap dugaan insiden tersebut," ujar Samuel, dalam keterangan resmi, Minggu (21/8/2022).
Kementerian Kominfo, lanjutnya, juga akan segera melakukan pemanggilan terhadap manajemen Telkom untuk mendapatkan laporan dan langkah tindak lanjut Telkom terkait dengan dugaan insiden.
Selain itu, Kominfo juga akan merilis rekomendasi teknis.
"Kementerian Kominfo akan segera mengeluarkan rekomendasi teknis untuk peningkatan pelaksanaan pelindungan data pribadi Telkom, dan di saat bersamaan berkoordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)," tandasnya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Banten |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar