Pengembangan drone ini oleh perusahaan Iran didasarkan pada teknologi rekayasa balik dari RQ-170 AS yang ditangkap pada tahun 2011.
Dengan lebar sayap 12 kaki (3,65 meter) dan berat diperkirakan 200 kilogram, Shahed-136 berukuran besar untuk sebuah amunisi yang berkeliaran, yang juga bisa disebut sebagai drone pembawa bom.
Drone terbang ke targetnya dan meledak di atas target atau bertabrakan dengannya.
Dilansir dari Tribunnews.com, sejumlah media Barat hingga pengamat militer, awalnya meragukan drone buatan Iran yang mereka anggap tak teruji, tak mumpuni, dan ketinggalan zaman dari sisi teknologi untuk digunakan melawan pertahanan Ukraina.
Apalagi, muncul berita-berita yang bersumber dari pihak militer Ukraina yang mengklaim sukses menjatuhkan drone buatan negara Persia itu.
Separah itukah kualitas drone buatan Iran?
Apa yang dipublish dalam laporan situs Wall Street Journal justru berbicara sebaliknya.
Dalam laporan itu, mengutip pernyataan komandan Ukraina, Rusia telah menimbulkan kerusakan serius pada pasukan Ukraina dengan drone Iran yang baru-baru ini diperkenalkan, dalam penyebaran skala luas.
"Selama seminggu terakhir, drone sayap delta Shahed-136, dicat ulang dengan warna Rusia dan diganti namanya menjadi Geranium 2, mulai muncul di atas posisi lapis baja dan artileri Ukraina di wilayah timur laut Kharkiv," kata Kolonel Rodion Kulagin, Komandan Brigade Artileri Mekanik ke-92 Ukraina.
Kulagin mengungkapkan, di wilayah operasional brigadenya saja, drone Iran—yang biasanya terbang berpasangan dan kemudian menghantam target mereka—telah menghancurkan dua howitzer self-propelled 152 mm, dua howitzer self-propelled 122 mm, serta dua kendaraan infanteri lapis baja BTR.
Kulagin menambahkan, sebelum penggunaan skala besar Shaheds saat ini, Rusia melakukan tes bulan lalu, menyerang howitzer penarik M777 155-mm yang dipasok AS dengan drone.