Ia memiliki foto saat pesawat mendarat di Aceh dan di Purwokerto.
Menurutnya, pesawat jet tersebut diduga dimiliki perusahaan tambang batu bara di Kalimantan Utara.
Namun, registrasi pesawat bukan di Indonesia, melainkan San Marino.
"Nampaknya pesawat ini memang rajin di Indonesia, operatornya PT AA," ujar Boyamin.
Dugaan Gratifikasi
Selain ada unsur konflik kepentingan, Boyamin menilai penggunaan jet pribadi untuk menemui keluarga Brigadir J bukan sebuah tugas negara.
Sebab, anggaran untuk menyewa pesawat sangat besar.
Hitung-hitungannya, biaya sewa pesawat jet minimal Rp 50 juta per jam.
Diperkirakan, penerbangan ke Jambi dengan persiapan terbang dan turun serta kembali lagi ke Jakarta memakan waktu minimal 3 jam.
Dengan kalkulasi tersebut, anggaran yang harus keluar dari kas kepolisian bisa mencapai Rp 150 juta.