Senjata itu bisa masuk melalui jalur-jalur darat yang menyebar dari perbatasan di wilayah Jayapura hingga Merauke.
"Senjata itu diselundupkan dari Papua Nugini, dan dari Australia lewat Papua Nugini. Senjata masuk melalui pintu resmi hingga 'jalur tikus' perbatasan darat yang walau banyak pasukan bersenjata tapi tidak ketat," jelas dia.
Sumber ketiga adalah melalui hasil perampasan usai tembak menembak antara KKB Papua dengan aparat keamanan.
Bahkan, Hermawan mengatakan, senjata yang dipegang KKB juga ada yang bisa berasal dari jual beli dengan oknum-oknum TNI/Polri sendiri.
"Ini bisnis yang lukratif dan menggiurkan, satu peluru yang harga pokoknya sekitar Rp 5.000 bisa mencapai Rp 150.000 di pasar gelap Papua. Siapa yang tidak tergoda, bawa satu ransel saja bisa dapat jutaan," ungkap dia.
Sementara itu, Ketua Harian Kompolnas, Benny Mamoto, mengatakan wilayah Filipina bagian selatan adalah salah satu sumber senjata api ilegal yang masuk ke Indonesia.
"Selama di kota Zamboanga, saya pernah ditawari senjata ilegal karena di sana memang banyak industri rumahan senjata api dengan kualitas bagus. Bahkan salah satu teroris Para Wijayanto pernah belajar membuat senjata di sana," ujar dia.
Benny yang pernah masuk dalam tim pembebasan sandera di Filipina selatan pada 2005 menyebut, rute penyelundupan senjata dari Filipina ke wilayah Indonesia bagian timur di antaranya, dari Tawau ke Nunukan, lalu dari General Santos ke Talaud, kemudian Maluku Utara dan tiba di Papua.
"Senjata dari Filipina selatan ini digunakan oleh kelompok JI (Jamaah Islamiyah) dan kelompok lain, termasuk di daerah konflik seperti Maluku waktu itu," terang dia.
Benny pun menyampaikan hasil pemeriksaan Anton Gobay akan mengungkap rute penyelundupan senpi ilegal dari Filipina dari Indonesia yang ditempuh.
"Ini akan terungkap juga hubungan Anton Gobay dengan kelompok-kelompok bersenjata di Papua," kata dia.