"Saya selalu menaruh buku di atas kepala supaya tidak basah terkena air embun dari rerumputan yang cukup tinggi."
"Sebelum berangkat sekolah, ayah membekali saya dengan ubi bakar yang telah disiapkannya sejak dini hari."
"Saya tidak membawa bekal itu sampai ke sekolah, melainkan saya simpan di sebuah pohon yang selalu saya lalui dalam perjalanan. Ketika pulang ke rumah, saya ambil ubi bakar itu untuk dimakan karena perjalanan sangat jauh dan melelahkan," ungkap Yulce.
Yulce mengenyam pendidikan dasar di SD Panggema.
Hanya ada satu orang guru pendidik di sekolah ini. Namanya Marthen Wamang.
"Namun, pada suatu hari guru saya satu-satunya itu pulang kampung sehingga tidak ada guru lagi yang mengajar di SD Panggema," ucapnya.
Lantaran SD Panggema sudah tidak memiliki guru, Yulce pun pindah sekolah ke Anggruk, salah satu distrik yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Yahukimo.
"Saya bersekolah di SD YPK Farolo Anggruk dan tinggal bersama keluarga Linggeramban Kogoya," paparnya.
Kata Yulce, sekolah SD YPK Farolo Anggruk berbeda dengan sekolah sebelumnya.
"Jumlah gurunya pun lebih banyak dari sekolah saya sebelumnya. Dan akhirnya Saya menamatkan pendidikan sekolah dasar dan memperoleh ijazah SD di Anggruk," kata Yulce.
Source | : | Kompas.com,Tribun-Papua.com |
Penulis | : | Candra Mega Sari |
Editor | : | Candra Mega Sari |
Komentar