GridHot.ID - Muhammad Husen merupakan tersangka mutilasi dan pengecoran bos galon isi uang di Semarang, Irwan Hutagalung.
Pakar Kriminologi Universitas Diponegoro Semarang, Budi Wicaksono, meminta agar Polrestabes Semarang segera memeriksa kondisi kejiwaan Huesen.
Pasalnya, Budi menilai perilaku Husen itu sangat aneh dan tidak wajar.
Budi menyebut Husen bisa saja seorang psikopat atau penderita skizofrenia.
"Orang ini enggak ada minta maaf, takut, dan malah ketawa. Saya memang tidak selalu benar, tapi dari saya mempelajari mimik muka ini orang mengerikan. Sudah aneh dan gak wajar. Mending kirim ke psikiater dulu, sesegera mungkin," tutur Budi pada Senin (15/5/2023), dikutip dari Kompas.com.
"Kalau langsung penyidikan bisa lebih mudah, tapi belum tentu kebenaran hakikinya terungkap. Dia itu juga korban kehidupan masyarakat, mungkin dia gak pernah dididik gak boleh bunuh orang kalo diganggu," imbuh Budi.
"Mungkin bisa jadi dia psikopat, atau penderita skizofrenia. Orang skizofrenia itu sering mendengarkan sesuatu yang sebenarnya tidak ada suaranya. Seperti mendengar saya mau dibunuh, dengarnya gitu, jadi sebelum dibunuh saya bunuh dulu. Berubah-ubah pikirannya setiap waktu. Bisa jadi dia berkepribadian ganda," lanjutnya.
"Dari awal saya katakan, kasihan dia itu. Dia tidak mendapat pendidikan yang baik dan benar, yang normal dari orang tua dan lingkungannya. Kalau dia dimarahi dan dipukuli, apa perlu membunuh? Pergi aja, pulang kan selesai. Kalau bales, ya pukul aja kelahi. Bukannya bunuh. Terus terang saya bingung, dari awal saya lihat orang ini aneh," tegasnya.
Berbicara mengenai Husen, melansir Bangka Pos, tersangka mutilasi dan pengecoran bos galon di Semarang ternyata pernah bercerita soal masa kecilnya.
Husen curhat bahwa sang ibu telah meninggal dunia.
Sejak ibunya meninggal dunia, Husen mengklaim hubungan dengan sang ayahnya tidak akur.
"Ibu sudah almarhum, ayah ada cuma udah lama enggak akur," kata Husen.
Husen menceritakan telah bertahun-tahun tidak berkomunikasi dengan sang ayah.
"Jarang komunikasi sama Ayah," ujar Husen.
Tak hanya itu, Husen pun mengklaim ketika berusia 11 tahun, dirinya pernah dianiaya sang ayah.
Karena penganiayaan itu, Husen mengaku mengalami kecacatan pada tubuhnya di bagian kiri.
"Dulu pas SMP pernah dipukul sampai akhirnya fisik sebelah kiri ini cacat," ujar Husen.
"Pas usia sekitar 11 tahun," tambahnya.
Meskipun hal itu terjadi belasan tahun lalu, Husen mengungkapkan hingga kini masih menyimpan kemarahan pada sang ayah.
"Iya marah sama Ayah, sampai sekarang enggak pernah kontak," terang Husen.
Selain pernah mengalami penganiayaan, Husen mengklaim ia merasa tak dianggap sang ayah.
Hal itu lantaran setiap Husen merantau ke luar kota, dirinya tak pernah sekalipun dihubungi.
"Setiap saya merantau enggak pernah ada keluarga yang ngabarin dari rumah," kata Husen.
"Tapi kalau saya di rumah yang lain merantau saya disuruh ngabarin keluarga yang lain, disuruh nanyain," tambahnya.
Husen mengaku dirinya merupakan anak keenam dari delapan bersaudara.
"Saya 8 bersaudara, saya keenam, ayah kerjanya buruh serabutan," terangnya. (*)
Source | : | Kompas.com,BangkaPOS |
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar