"Sering bilang takut enggak bisa sukses di masa depan, takut enggak bisa punya pacar. Setelah cerita begitu, kami ya selalu bercanda, seperti 'ya sudahlah, jadi badut saja sekarang'," kata JA dikutip dari Kompas.com, Selasa (7/11/2023).
JA mengaku tidak pernah menyangka sahabatnya CA menyimpan ketakutannya tersebut sedemikian dalam. Selain itu, JA juga mengaku tidak tahu kalau sahabatnya mempunyai perasaan depresi.
"Kok bisa sahabatan 11 tahun aku enggak tahu sedikit pun dia punya depresi. Dia sama sekali enggak pernah menyinggung itu, bahkan beberapa hari sebelum pergi, kami lagi ngobrol tentang mental health," ujarnya.
Lebih lanjut, JA mengatakan bahwa dirinya sempat membaca surat wasiat yang ditinggalkan korban CA. Menurutnya, isi tulisan di surat itu sesuai dengan apa yang selama ini diceritakan sahabatnya itu.
"Pas aku baca wasiatnya dia (korban), ya itu relate (berkaitan) banget memang. Beberapa kali pas curhat, dia itu pernah bilang ke aku, 'wah aku enggak bisa sih setegas kamu, I wish I can be like you (aku berharap bisa menjadi sepertimu)', gitu," ucap CA.
Tak hanya itu saja, CA ternyata sempat beberapa kali curhat ke JA, berharap bisa seperti sahabatanya itu.
"Beberapa kali pas curhat, dia itu pernah bilang ke aku, 'wah aku enggak bisa sih setegas kamu, I wish I can be like you (aku berharap bisa menjadi seperti mu)', gitu," tambah JA.
Ia juga menyebut, terkadang mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) tersebut bercerita mengenai ketakutanya soal masa depan.
Namun, setelah itu kembali bercanda seperti semula.
"Sering bilang takut enggak bisa sukses di masa depan, takut enggak bisa punya pacar.
Setelah cerita begitu kami ya sealu bercanda, seperti ya sudahlah jadi badut saja sekarang," jelasnya.