Find Us On Social Media :

Sepakati Gencatan Senjata, Palestina Curi Kesempatan Minta bantuan ke Indonesia, Pimpinan Hamas Langsung Surati Presiden Jokowi, Isinya Bikin Pakar Khawatir

Presiden Jokowi

Gridhot.ID - Irael dan Palestina makin gencar saling balas serangan.

Dilansir Gridhot.ID dari Kontan.co.id, baru beberapa saat menyepakati gencatan senjata, kedua negara ini kembali saling bentrok.

Dalam konflik ini, pasukan Hamas terlibat panas dengan Israel.

Baca Juga: Semua ATM Lama Bakal Diblokir, Segera Ganti Kartu Debit Magnetic Stripe Jadi Chip, Ini Batas Akhir dan Cara Penukaran di Bank BRI, Mandiri, BNI dan BCA

Kelompok militan Palestina itu bahkan menembakkan lebih dari 4.000 roket ke wilayah Israel.

Itu merupakan pembalasan Hamas kepada Israel yang menyerang Jalur Gaza dengan serangan udara.

Walau keduanya kini telah melakukan gencatan senjata, namun sedikit yang tahu bahwa Hamas sempat mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca Juga: Berikan Hadiah untuk Anaknya di Surga, Atta Halilintar Siap Bangun Pesantren di Lahan 20 Hektar dengan Fasilitas Lengkap: Kita Ngajarin...

Dilansir dari kompas.com pada Senin (24/5/2021), Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dilaporkan mengirim surat kepada Presiden Jokowi pada Rabu (19/5/2021).

Menurut Anadolu Agency, Pemimpin Hamas itu meminta Presiden Jokowi untuk memobilisasi dukungan terhadap Palestina.

Tak hanya Palestina, Haniyeh juga meminta dukungan Arab, Islam dan, internasional guna menekan Israel untuk menghentikan agresi dan terornya di Jalur Gaza.

Bahkan Presiden Jokowi diminta menekan Israel agar berhenti melakukan pelanggaran di Yerusalem yang diduduki.

Beberapa pelanggaran yang dimaksud Haniyeh antara lain mendirikan permukiman ilegal, penggusuran paksa di lingkungan Sheikh Jarrah, dan diskriminasi rasial. 

Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Buka 12.037 Formasi CPNS dan PPPK 2021, Lulusan SMA Bisa Ikut Daftar, Lowongan Guru Paling Banyak Dibutuhkan

Di akhir suratnya, Haniyeh tak lupa mendoakan Presiden Jokowi dan Indonesia agar lebih baik di kemudian hari.

Surat yang datang dari Pemimpin Hamas ke Presiden Jokowi itu langsung menuai banyak perhatian.

Ada yang beranggapan bahwa memang kekuatan Presiden Jokowi begitu besar bagi negara-negara asing.

Baca Juga: Sosok yang Ngaku Orang Terdekat Ini Sebut Larissa Chou Ceraikan Alvin Faiz Gara-gara Ekonomi, Disebut Cuma Andalkan Warisan Keluarga, Anak Ustaz Arifin Ilham: Komitmen Kami...

Khususnya negara dengan mayoritas Islam seperti Indonesia.

Ada juga anggapan bahwa Presiden Jokowi harus berhati-hati menilai surat itu.

Hal itu disampaikan oleh Guru Besar Bidang Studi Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), Prof Hikmahanto Juwana.

Ini karena surat tersebut mempunya dua latar belakang faksi. Yaitu Hamas dan Fatah.

Diketahui, Hamas dominan dan menguasai Gaza. Sementara Fatah dominan dan menguasai Tepi Barat (West Bank). 

Baca Juga: Terbaring Lemah Hingga Cincin Berliannya Berganti Jadi Selang Infus, Hotman Paris Wasiatkan Hikmah Hidup Sebut Masalah Jadi Kunci Penting untuk Sukses: Berbahagialah...

"Ini dua lokasi yang berbeda dan dipisahkan oleh wilayah yang dikuasai oleh Israel," kata Hikmahanto saat dihubungi DW Indonesia, Kamis (20/5/2021).

Kepada kompas.com, insiden yang terjadi di Yerusalem Timur merupakan daerah yang dikuasai oleh faksi Fatah.

Sedangkan faksi Hamas menguasai wilayah jalur Gaza yang sempat dihujani roket oleh Israel.

Baca Juga: PNS Bisa Kalah Telak, Asisten Raffi Ahmad Nyatanya Bergaji Hingga Dua Digit Selama Ikut Sang Sultan Andara, Kerjaan Ini Ikut Mempertebal Dompetnya

Hikmahanto berpendapat surat itu bisa bermakna agar Indonesia mengambil sikap mendukung salah satu faksi.

Antara Fatah atau Hamas.

Karena itulah, Hikmahanto mewanti-wanti agar Indonesia bijak menanggapi surat tersebut.

"Di sini Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam sedang ditarik-tarik untuk berada di belakang salah satu faksi yang ada di Palestina," ungkapnya.

"Artinya jangan sampai Indonesia ikut dalam perpolitikan dalam negeri Palestina.

Baca Juga: Prihatin dengan Penderitaan Ratu Rizky Nabila, Maia Estianty Siap Bantu Biayai Tes DNA, Sang Model Minta Alfath Fathier untuk Kooperatif: Mohon Kerjasamanya

Yang jelas, Indonesia pasti akan mendukung rakyat Palestina. 

Bukannya mendukung salah satu faksi perpolitikan dalam sistem ketatanegaraan Palestina.(*)