Laporan wartawan GridHot.ID, Dewi Lusmawati
GridHot.ID -Usai dilantik jadi Kapolri, Idham Aziz nempaknya teguh membuktikan ucapannya yang ogah mencampuri urusan pekerjaan dengan kehidupan pribadi.
Dikutip dari Tribunnews, Rabu (30/10/2020) sebelum menjalani uji kelayakan dan kepatutan di Komisi III DPR, kediaman Idham Aziz disambangi sejumlah anggota dewan
Kala itu, Idham Aziz mengatakan tak akan pernah membuka pintu rumahnya untuk urusan pekerjaan.
"Kalau nanti saya diberi amanah hanya 14 bulan, saya tidak pernah akan menerima anggota di Patimura itu. Kalau ada urusan kau WA aja, sama saja," tuturnya.
"Karena yang menghadap itu cuma tiga, minta jabatan, mempertahankan jabatan, atau minta sekolah. Yang jelas jelas saja kita bikin Insha Allah," tandasnya tegas.
Kini, Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis kembali menegaskan, pemberian jabatan dan kenaikan pangkat di Polri berdasarkan prestasi dan bukan karena "menghadap" pimpinan.
Hal itu diungkapkan Idham saat memimpin upacara kenaikan pangkat di Rupatama Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (13/2/2020).
"Sekali lagi saya mengingatkan, bukan dengan kasak-kusuk, bukan dengan nitip-nitip, bukan dengan menghadap, bekerjalah yang terbaik, karena kalau kalian bekerja terbaik, organisasi yang akan mencari kalian," ucap Idham.
Dikutip GridHot.ID dari Kompas, dalam upacara tersebut, terdapat 42 perwira tinggi (pati) dan perwira menengah (pamen) Polri yang mendapat kenaikan pangkat.
Idham pun berharap anggota yang telah naik pangkat tersebut tidak ada yang menghadap dirinya tiga bulan kemudian untuk meminta jabatan.
"Di hati kecil saya selaku pimpinan Polri, saya juga berharap, semoga teman-teman setelah naik pangkat ini tidak ada tiga bulan kemudian datang menghadap saya lagi untuk meminta-minta jabatan," katanya.
Ini bukan pertama kalinya Idham menyinggung soal anggota Polri yang menghadap pimpinan demi jabatan.
Pada Kamis (6/2/2020), Idham bahkan menuturkan, terdapat 1 persen atau 4.700 dari 470.000 personel Polri di seluruh Indonesia yang melakukan praktik tersebut.
Idham juga menyinggung soal anggota yang menghadap di rapat kerja teknis (rakernis) Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri di Pusat Pendidikan Lalu Lintas (Pusdik Lantas), Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (11/2/2020).
Saat itu, Idham menegaskan bahwa dirinya menutup pintu kepada siapa pun yang ingin menghadap saat ia menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya.
Ditemui terpisah, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal tak menampik ada oknum yang melakukan praktik tersebut.
Kendati demikian, menurutnya, sindiran Idham yang berkali-kali dilontarkan tersebut hanya sebagai pesan moral kepada anggota Polri.
"370.000 anggota Polri, jelas pasti ada yang punya mental-mental bisa dikatakan dia berorientasi tidak kepada kinerja. Dia berorientasi mungkin kepada menghadap, titipan-titipan pamannya, dan sebagainya. Itu ditegaskan oleh beliau (Kapolri) sebagai pesan moral," ungkap Iqbal di lokasi yang sama.
Idham Aziz sendiri selama ini dikenal sebagai Kapolri yang sederhana.
Bahkan, sejak jadi pimpinan tertinggi Kepolisian Republik Indonesia, ia menolak mendapat fasilitas berlebih.
Hal ini seperti yang ia sampaikan saat Kapolri memberi pengarahan tertutup di Aula Mapolda Sulawesi Barat, Lingkungan Kalubibing, Kelurahan Mamanyu, Kecamatan Mamuju, Kota Mamuju, Sulbar, Minggu (12/1/2020).
Menurutnya, perbaikan institusi Polri sebagai pelayan masyarakat harus dimulai dari kesadaran personel, termasuk dirinya.
"Makanya saya sejak saya kapolri, kalau naik mobil tak pernah itu pakai bintangku, bintang empat. Kau lihat saja sendiri. Saya pergi ke istana (presiden), mobil biasa saja. (kalau rapat terbatas) Ratas jam 1, jam 12 saya sudah berangkat ke Istana (tak ada pengawalan mencolok)," ujarnya.
Ayah empat anak ini juga menceritakan kebiasaan lainnya saat menjabat sebagai Kapolri (November 2019) yang juga tak mau banyak protokoler dan jemputan.
"Pasti kalian bertanya-tanya. Terutama PJU (perwira jabatan utama) polda/polres, semua kenapa kapolri ini tak boleh dijemput-jemput."
"Tidak boleh, kita harus bisa membedakan mana adat, mana kebiasaan, agama, dan tradisi. semua harus bisa dibedakan."
Perwira tinggi Polri angkatan 1988 ini pun mengingatkan para anggota kepolisian untuk selalu berperilaku sederhana dan mensyukuri yang ada.
"Harus banyak bersyukur. Karena hanya dengan kamu banyak bersyukur, kamu bisa menatap masa depan,"
Pria kelahiran Kendari ini menyebukan dirinya juga berasal dari orang kebanyakan.(*)