Misi Hawk dikoordinasikan menggunakan Ground Control Interception (GCI), melalui unit radar di Kupang yang dipimpin oleh Mayor Lek Haposan.
Haposan-lah yang memberi tahu Azhar bahwa dua pesawat tak dikenal telah melintasi batas FIR Darwin pada ketinggian 8.000 kaki dan kecepatan 160 knot.
Menurut keterangan itu, operator radar kemudian meminta pemeriksaan penerbangan Hawk yang diduga helikopter, menuju Dili, ibu kota Timor Leste.
Henri meminta Azhar, pemimpin penerbangan, untuk menggunakan radarnya dan untuk memverifikasi kecepatan kontak.
Pemimpin penerbangan melaporkan kontak bergerak dengan kecepatan 150 knot, kemudian mencatat bahwa angka tersebut terus meningkat… 160, 170, 200 knot.
Pesawat tak dikenal itu sekarang berada pada jarak sekitar 80 mil dari Hawk.
Padasaat ini, tidak jelas apakah GCI masih memberikan informasi tentang kontak tersebut, atau apakah mereka dilacak menggunakan radar Azhar, yang akan berada pada batas jangkauannya.
"Mengetahui hal itu, saya langsung terbang tinggi dan mengambil posisi dogfight untuk melindungi Azhar karena saya tidak memiliki radar," kenang Henri. "Saya ada di belakangnya."
Kedua Hawk kemudian naik ke ketinggian 28.000 kaki, dan sekarang sudah jelas kontaknya bukanlah helikopter, tetapi jet tempur.
Pemimpin penerbangan memilih mode tempur untuk radarnya dan kemudian para pejuang tak dikenal itu berbalik langsung menuju Hawk Indonesia.