"Video kekejaman yang dilakukan oleh angkatan bersenjata Azerbaijan terhadap prajurit Armenia, serta mutilasi jenazah dan foto-foto yang beredar di media sosial, memperdalam kecemasan anggota keluarga (tahanan saat ini), kecemasan atas kembalinya kerabat mereka," begitulah tuli kelompok masyarakat sipil Armenia dalam surat 3 Desember kepada Komisi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Masalah ini sedang hangat dibicarakan di Azerbaijan, terutama setelah rilis video kedua pemancungan langsung pada tanggal 7 Desember.
Sejumlah besar orang Azerbaijan menolak untuk percaya bahwa video itu nyata dan percaya bahwa itu adalah bagian dari kampanye PR negatif.
Seorang analis politik terkemuka, Arastun Orujlu, menulis di Facebook bahwa "secara pribadi, saya yakin bahwa video ini palsu," bagian dari kampanye yang diatur Rusia untuk mendiskreditkan Azerbaijan.
"Ini adalah upaya untuk menampilkan tentara Azerbaijan yang menang kepada dunia seperti geng kriminal. Kami harus melakukan yang terbaik untuk mencegah hal ini," tulisnya.
Banyak orang Azerbaijan lainnya yang meragukan ketulusan pemerintah dalam janjinya untuk menuntut kejahatan dengan tepat dan menuntut pertanggungjawaban dalam prosesnya.
Sekelompok aktivis masyarakat sipil mengeluarkan pernyataan yang menyerukan kepada jaksa Azerbaijan "memperlakukan gambar di media sosial sebagai pelanggaran hukum humaniter internasional" sementara juga meminta masyarakat internasional untuk menekan Armenia melakukan hal yang sama.
"Saya tidak pernah mengatakan bahwa Kementerian Dalam Negeri atau Dinas Keamanan Negara harus menangkap siapa pun. Tapi ini sudah menjadi garis merah," tulis aktivis Ilkin Rustamzada di Facebook.
"Siapapun yang memfilmkan seorang Armenia dipenggal, atau memenggalnya, harus dihukum berat. Siapapun yang menempatkan merek ISIS pada perang bangsa harus dihukum."
Satu LSM lokal, Klub Hak Asasi Manusia Baku, mengumpulkan video kekejaman dari kedua belah pihak dan bekerja dengan mitra internasional untuk membantu mengautentikasi video tersebut.