Gridhot.ID - Amerika Serikat sepertinya tak segera mendingin.
Setelah beberapa kejadian di negara tersebut, kini akhir tahun 2020 Amerika Serikat dibuat tegang gara-gara Donald Trump.
Menurut laporan baru, pejabat tinggi telah membahas apa yang akan mereka lakukan jika presiden mengumumkan darurat militer.
Presiden AS Donald Trump telah mengajukan tuntutan hukum setelah kalah dalam pemilihan presiden 2020.
Bahkan, dia tetap menolak untuk mengakui kekalahan tersebut.
Sebuah laporan baru mengklaim para pemimpin militer telah membahas rencana tindakan mereka jika POTUS mengumumkan darurat militer menjelang hari-hari terakhir masa jabatannya.
Washington Post pada Jumat (25/12/2020) melaporkan, pakar keamanan nasional dan hukum pemilu menegaskan Trump tidak dapat mengumumkan darurat militer.
Namun, mereka tetap khawatir dengan kemungkinan tersebut.
"Ini benar-benar hal yang berbahaya untuk mulai dimainkan," kata Rachel Kleinfeld , seorang ahli keamanan nasional di Carnegie Endowment for International Peace.
“Anda tidak dapat menormalkan tindakan di luar hukum di luar aturan hukum dan yakin demokrasi akan bertahan," ujarnya.
"Demokrasi itu rapuh, bahkan milik kita," tambahnya.
"Jika Anda memiliki darurat militer," lanjut Kleinfeld.
“Anda memiliki penangguhan total terhadap Konstitusi," urainya.
"Jadi itu kudeta, dan kudeta di negara ini tidak akan terjadi," tegasnya.
Meskipun para ahli tidak percaya langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya itu mungkin, sebuah laporan mengklaim militer masih bersiap untuk hal yang tidak diketahui.
Menurut cerita eksklusif Newsweek , Pentagon dalam keadaan siaga dan pejabat tinggi telah membahas apa yang akan mereka lakukan.
Jika presiden memutuskan untuk mengumumkan darurat militer.
"Saya telah berhubungan dengan militer selama 40 tahun lebih," kata sumber yang tidak disebutkan namanya itu.
"Saya tidak pernah melihat diskusi yang dilakukan sekarang, kebutuhan untuk diskusi seperti itu," ujarnya.
Petugas lain menggemakan sentimen serupa kepada Newsweek.
"Pada titik ini, tidak ada yang tahu apa yang mungkin dilakukan presiden bulan depan," kata seorang mantan komandan Komando Utara (NORTHCOM).
"Meskipun saya yakin kepemimpinan militer berseragam telah mengacau di kanan, kegilaan belum pernah terjadi sebelumnya dan kemungkinannya tidak terbatas," tambahnya.
Saat masih menjabat, Trump telah mengeluarkan beberapa lusin grasi.
Seperti yang dilaporkan Grio dalam sepekan terakhir ini, POTUS telah mengeluarkan 49 grasi dan grasi kepada sekutunya.
Di antara mereka yang diampuni termasuk mantan ketua kampanye Paul Manafort, mantan penasihat keamanan nasional Michael Flynn dan penasihat kampanye George Papadopoulos.
Meskipun Mahkamah Agung menolak upaya Trump untuk membatalkan hasil pemilihan di empat negara bagian, dia bersikeras belum berakhir.
"Ini tidak seperti pemilihan yang ketat," kata Trump.
“Anda melihat Georgia, kami menang besar," katanya.
"Kami memenangkan Pennsylvania dengan besar," tambahnya.
"Kami memenangkan Wisconsin juga dengan besar," klaimnya.
"Kami menang besar,” klaimnya lagi.
Sedangkan para pemimpin pertahanan dari Pentagon memberi tahu Newsweek bahwa militer tidak memiliki peran untuk dimainkan dalam hasil pemilihan presiden.
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Militer Waspadai Ancaman Darurat Militer Trump: 'Kegilaan yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya"
(*)
Source | : | Serambi News |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar