Reza mengaku ada yang janggal ketika dia ditanya soal senjata api (senpi). Dia mengatakan bahwa ajudan Sambo sebetulnya tahu bahwa dia tidak memiliki senpi.
Tak hanya itu, Reza diminta datang menggunakan pakaian dinas olahraga (PDO), tapi kemudian diminta datang mengenakan pakaian dinas lapangan (PDL).
Sebelum pergi ke Mabes Polri, Reza memutuskan untuk mampir ke rumah Sambo di Saguling dan bertemu dengan Daden.
Reza yang belum mengenakan PDL karena bajunya masih di laundry pun ditanya. Reza memastikan bahwa dia sudah menelepon pihak laundry bahwa bajunya segera siap. Daden pun memaklumi.
“Pas berhenti di situ omongannya, dia langsung geledah bagian pinggang sampai ke kaki,” cerita Reza.
Rupanya Daden memeriksa apakah Reza membawa senpi atau tidak. Daden bahkan meminta Reza untuk membuka jok motor.
“Sebenarnya ada rasa kaya, ini kenapa sih, sampai ada digeledah,” ungkapnya.
Pada saat itu, Reza mencoba berpikir positif bahwa ada pimpinan yang akan bertemu sehingga dilakukan pemeriksaan sedemikian rupa.
Reza pun datang ke Propam Mabes Polri dan menunggu seseorang yang akan menemuinya selama satu jam.
Ternyata dia bertemu dengan Karo Provos Divpropam Polri Brigjen Benny Ali.
“Di situ diceritakan bahwa abang telah meninggal, kronologi juga kepada beliau meninggal. Pulang dari Magelang, nyampe di Jakarta, ibu istirahat, abang naik ke atas, melakukan pelecehan seksual, pengancaman, ibu teriak, didengar ajudan, namun yang berespon adalah Richard,” cerita Reza.
Source | : | Kompas.com,Surya.co.id |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar