Karenanya kata Mahareza yang akrab disapa Reza, mamanya sangat terpukul mengetahui Brigadir J meninggal dengan cara yang tak wajar.
Saat ini kata Reza, ia ingin mamanya melihat bahwa Brigadir J atau Yosua masih ada dan hidup di dalam dirinya sebagai adik.
"Abang sayang banget sama mama. Memang yang paling sayang sama mama, abang banget. Paling perhatian ke mama," kata Reza.
"Abang sudah gak ada, sekarang bagaimana caranya mama merasa oo iya Abang masih ada dalam diri Reza dilihat mama," kata Reza.
Menurut Reza, saat sebelum dan sesudah pemakaman Brigadir J di Jambi, dirinya hanya fokus pada mamanya yang sangat terpukul karena kehilangan Brigadir J.
"Pokoknya fokus ke mama, supaya jangan sakit. Mama nangis dikit peluk, mama sendirian hibur. Ngelakuin hal bodoh pun asal mama tertawa, bodo amat," katanya.
Setelah kematian Brigadir J yang dibunuh dengan diotaki eks Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Reza mengaku bertanya ke mamanya, apakah masih ingin dirinya di kepolisian atau tidak.
"Saya tanya, mama mau gimana nih? Mama masih pengen gak Reza di polisi. Reza ikut keinginan mama semua. Mama mau Reza masih di polisi," ujar Reza.
Reza mengungkapkan bagaimana ia saat pertama kali mendengar kabar kematian abangnya.
Menurut Reza, ia mendapat telepon dari salah satu ajudan Ferdy Sambo bernama Daden yang memintanya datang ke Mabes Polri, pada 8 Juli malam sekitar pukul 19.00.
“Waktu itu kurang lebih jam 7 ditelepon ajudan dari FS bertanya lagi di mana, sempet nanya tentang senpi.’Entar ke Mabes ya, ke gedung ini, ke Biro Provos, ada yang nungguin nanti, ada yang mau ngomong,” kata Reza.
Source | : | Kompas.com,Surya.co.id |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar