Gridhot.ID - Kasus pembunuhan Brigadir J yang melibatkan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi terus memunculkan berbagai fakta baru.
Diketahui Ferdy Sambo melakukan pembunuhan berencana dengan dibantu Putri Candrawathi.
Kini kasus Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi masih berlangsung panas di persidangan.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, sebelumnya Ferdy Sambo disebut menyuruh Bharada E membunuh Brigadir J karena diduga ada pelecehan seksual yang dialami Putri Candrawathi.
Skenario tersebut terus dijalankan di awal-awal kasus ini mencuat.
Dalam versi awal, Bharada E adu tembak dengan Brigadir J karena Yosua Hutabarat melecehkan istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.
Dikutip Gridhot dari Trbun Jakarta, meski banyak pihak yang meragukan kronologi itu, termasuk kedua orang tuanya, Bharada E bersikukuh bahwa itu adalah cerita yang sebenarnya.
"Kalau saya tidak percaya, karena waktu itu kita ibadah bersama pagi malam, setiap ibadah selesai saya hanya berdoa minta kepada Tuhan kalau bisa dibuka sejelas-jelasnya semua masalah ini," jawab Alma.
Alma mengatakan, dia dan sang suami tak henti membujuk Bharada E untuk mau berbicara jujur.
Namun Bharada E yang kala itu begitu mengikuti skenario Ferdy Sambo tetap bersikukuh itulah cerita yang sebenarnya.
"Walau dia bilang "Mamah dan papah itu sama seperti orang di luar sana, tidak percaya sama saya".
Tapi jujur di dalam hati saya memang tidak percaya sama saya," kata Alma.
Setelah kasus kematian Brigadir J mencuat, kedua orang tua Bharada E turut dibawa ke Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok untuk alasan keamanan.
Di sana mereka beribadah sampai tidur bersama untuk membujuk Bharada E jujur yang sebenarnya.
Sayangnya, saat itu Bharada E masih begitu menuruti skenario Ferdy Sambo.
Hingga akhirnya di saat hari terakhir mereka berada di Jakarta, akhirnya Bharada E mau berbicara jujur soal apa yang sebenarnya terjadi di rumah Ferdy Sambo.
Saat itu Bharada E sudah tak bersama Alma dan Junus di Mako Brimob, melainkan di Rutan Mabes Polri.
Sebab, saat itu Bharada E sudah ditetapkan sebagai tersangka pertama dalam kasus pembunuhuan Brigadir J oleh Mabes Polri.
"Tanggal 7 Agustus rencana pulang ke Manado.
Hape saya bunyi tahunya Ichad nelepon, dia nangis," kata Alma.
Alma menuturkan, saat itu Bharada E yang sudah mendekam di tahanan mengaku begitu tersiksa hingga akhirnya mau berbicara yang sejujurnya dan membongkar kejahatan Ferdy Sambo di kasus kematian Brigadir J.
"Dia bilang "Mamah saya sudah merasa sangat tersika di tahanan", itu sudah dua hari ditahan.
Dia bilang "Saya sudah sangat tersika hanya makan nasi sama sayur dan mereka yang lain yang terlibat enak-enak di luar, saya akan bicara jujur," kata Alma menceritakan ucapan Bharada E kala itu.
Saat itu juga, Alma dan Junus menemui Bharada E di rutan Mabes Polri.
Setibanya di sana, betapa hancurnya Alma dan Junus melihat sang anak sudah mengenakan baju tahanan berwarna oranye.
"Saya datang ke sana, dia sudah pakai kemeja orangey, hancur hati saya.
Saya bilang anak saya biasa seragam polisi terus malam itu dia pakai kemeja tahanan, hancur hari saya," ujar Alma tak kuasa menahan air mata.
Alma tak tega melihat anaknya mengenakan kaos tahanan lantaran dia teringat perjuangan Bharada E untuk bisa menjadi seorang polisi.
"Dia masuk poliis krn perjangannya sendiri, dia berjuang sampai melewati semua tahap terus sekarang saya ligat dia di depan mata kami (pakai baju tahanan).
Kami kemudian berpelukan saat diberi kesempatan masuk, dia bilang "Saya harus jujur"," tutur Alma.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jakarta |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar