"Mereka menjual senjata-senjata ilegal untuk mendanai operasi militer mereka sendiri, kan biayanya besar, walau sebenarnya amunisi itu tidak kenal ideologi, agama, dan kebangsaan, kenalnya hanya duit," kata Hermawan.
Senjata-senjata tersebut kemudian diselundupkan melalui jalur laut tradisional yang umumnya melewati Pulau Miangas, dan puluhan pulau kecil lain di sekitarnya untuk selanjutnya dibawa masuk ke daratan Sulawesi hingga Papua.
Selain dari Filipina
Selain Filipina, kata Hermawan, pasokan senjata ilegal Papua juga berasal dari Papua Nugini.
Senjata itu bisa masuk melalui jalur-jalur darat yang menyebar dari perbatasan di wilayah Jayapura hingga Merauke.
"Senjata itu diselundupkan dari Papua Nugini, dan dari Australia lewat Papua Nugini. Senjata masuk melalui pintu resmi hingga 'jalur tikus' perbatasan darat yang walau banyak pasukan bersenjata tapi tidak ketat," jelas dia.
Sumber ketiga adalah melalui hasil perampasan usai tembak menembak antara KKB Papua dengan aparat keamanan.
Bahkan, Hermawan mengatakan, senjata yang dipegang KKB juga ada yang bisa berasal dari jual beli dengan oknum-oknum TNI/Polri sendiri.
"Ini bisnis yang lukratif dan menggiurkan, satu peluru yang harga pokoknya sekitar Rp 5.000 bisa mencapai Rp 150.000 di pasar gelap Papua. Siapa yang tidak tergoda, bawa satu ransel saja bisa dapat jutaan," ungkap dia.
Sementara itu, Ketua Harian Kompolnas, Benny Mamoto, mengatakan wilayah Filipina bagian selatan adalah salah satu sumber senjata api ilegal yang masuk ke Indonesia.