Find Us On Social Media :

Dimintai Tolong Timor Leste, Indonesia Langsung Ambil Sikap, Kirim Kapal Perang Rumah Sakit Level III ke Bumi Lorosae, Ini Alasannya

ilustrasi Timor Leste

GridHot.ID -Timor Leste perah menjadi bagian dari Indonesia.

Namun, Timor Leste memilih memelepaskan diri.

Diketahui, selama periode 1975 hingga 1999, banyak terjadi pertumpahan darah di Timor Leste, peperangan terjadi antara tentara Indonesia dan orang-orang Timor Leste yang menginginkan kemerdekaan.

Perlawanan rakyat Timor Leste mencapai puncaknya di tahun 1999, dengan diberikannya kesempatan untuk dilakukan referendum.

Referendum Timor Leste itu akhirnya menunjukkan hasil bahwa mayoritas rakyat Timor Leste menginginkan kemerdekaan dan menjadi negara sendiri.

Baca Juga: Lepas dari Indonesia Tapi Hidup dalam Belenggu Kemiskinan, Warga Timor Leste Pertanyakan Arti Kemerdekaan: Kami Tidak Memiliki Apa-apa

Sejarah itu menjadikan Indonesia dicap sebagai bekas penjajah Timor Leste.

Namun rupanya, setelah lepas dari Indonesia dan menjadi negara sendiri, Timor Leste pernah meminta bantuan penting kepada Indonesia.

Melansir Military-Medicine.com, pada 9 Juli 2015, Kementerian Pertahanan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) menulis surat undangan kepada Tim Medis Rumah Sakit Angkatan Darat Pusat Gatot Soebroto, Jakarta.

Surat itu bertujuan untuk meminta pertolongan medis di Timor Leste.

Surat tersebut kemudian ditanggapi oleh Menteri Pertahanan Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu untuk membangun satuan tugas medis yang terdiri dari TNI Angkatan Laut, TNI AL, TNI AU, Ahli Bedah Jenderal Mabes TNI dan Mindef.

Baca Juga: Terperangkap Program Orde Baru, Timor Leste Kini Terancam Bencana Kelaparan Mengerikan, Kesehatan Rakyatnya Sudah Berada di Garis Krisis

Disusun rencana, bahwa misi tersebut akan dijalankan dengan KRI dr Soeharso 990, sebuah kapal perang rumah sakit level III dari Armur Indonesia.

Satgas kemudian membuat kerangka acuan sebagai pedoman misi, Surat Perintah Tim Satgas dari ketiga Satgas, melakukan rapat internal dan koordinasi dengan perwakilan RDTL di Jakarta.

Tim advance dikirim ke Dili untuk melihat apa RDTL benar-benar perlu dibantu, spektrum penyakit dan juga menilai sumber daya medis dan infrastruktur kesehatan yang bisa digunakan.

Sedangkan kapal perang rumah sakit disiapkan di Pangkalan Angkatan Laut Utama di Surabaya, Jawa Timur.

Baca Juga: Ladang Minyaknya Diisukan Kering Kerontang di Tahun 2027, Timor Leste Makin Lekat dengan Cap Negara Termiskin di Dunia, Sosok Politik Bumi Lorosae Ini Bongkar Situasi Asli Negaranya

Pelayanan medis akan dilakukan di darat dan di kapal untuk kasus tertentu.

Dua batalyon medis dari Angkatan Darat dan Marinir juga saat itu direncanakan berada di kapal dan akan melakukan layanan medis darat.

Pelayanan kesehatan utama adalah pelayanan kesehatan umum dan spesialis, termasuk pelayanan gigi.

Para pasien berasal dari veteran RDTL, polisi dan militer aktif bertugas dan rakyat Timor Leste.

Saat itu, diharapkan ada sekitar 2000 pasien dari 30 Januari hingga 1 Februari 2016 di Dili.

Baca Juga: Nyalinya Tak Pernah Putus di Medan Pertempuran, 'Doktrin Kopasus' Jadi Bukti Betapa Kerasnya Tekad TNI Bela NKRI, Invasi Timor Leste Jadi Saksinya

Sebagai kepala rumah sakit adalah Komandan A. Pudji Widodo MD dari Dinas Medis Armada Timur.

Perjalanan tersebut merupakan misi luar negeri pertama yang dilakukan oleh kapal tersebut bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan.

Untuk misi tersebut KRI SHS-990 membawa satu helikopter Bell 412 EP yang dibangun oleh PTDI Bandung Jawa Barat pada tahun 2012 milik 400 Skuadron Air Wing 1, Pusat Penerbangan Angkatan Laut untuk evakuasi udara.

Satgas terdiri dari 426 personel, yang terdiri dari 156 awak kapal dan 51 dokter spesialis dan dokter gigi berkumpul di Surabaya pada 24 Januari 2016. Tim ini dipimpin oleh Dirjen Penguatan Pertahanan, Laksamana Muda Agus Purwoto.

Setelah empat hari perjalanan tak terlupakan dari Surabaya, kapal tiba di pelabuhan Dili pada 29 Januari 2016.

Baca Juga: Jalur Sindikat Penyelundupan 'Emas Hijau' Timor Leste Terbongkar, Ternyata Punya Hubungan Khusus dengan China hingga Tercatat di Kronik Klasik Tiongkok, Berikut Sejarahnya

Kapal disambut hangat oleh Duta Besar RI di Dili, Primanto Hendrasmoro, dan dari Menteri Pertahanan RDTL, Cirilo Cristovao, Menlu dan Kerjasama, Hernani Coelho dan Menteri Kesehatan Maria do Ceu Pina serta warga Dili.

Menteri Pertahanan RDTL Mr Cirilo Cristovao menyatakan bahwa misi ini merupakan perwujudan hubungan baik antara kedua pemerintah.

Pelayanan kesehatan kemudian dibuka secara resmi oleh Panglima Forza Defeza, Mayjen Lere Anan Timor.

Para pejabat tinggi kemudian mengunjungi fasilitas kapal yang akan digunakan dalam misi tersebut.

Pada hari pertama 765 veteran dan personel jaga aktif dirawat termasuk beberapa VIP diperiksa secara medis, dan 13 operasi.

Baca Juga: Berjuluk 'Rambo' Indonesia, Prajurit Kopassus Ini Miliki Nyali Tingkat Dewa, Maju Sendiri Tumpas Pasukan Fretilin Timor Leste, Begini Kisahnya Hingga Buat Lawan Kocar-kacir

Pada hari kedua terdapat 1955 pasien dengan 113 operasi yang dilakukan.

Pada hari ketiga sebagai hari terakhir terdapat 706 pasien dan 70 operasi.

Totalnya 3426 pasien dan 196 operasi. Angka tersebut melebihi ekspektasi yang mencapai 2000 pasien. Yang mengejutkan, sebagian besar dari operasi kecil tersebut adalah 123 pasien sunat.

Xanana Gusmao, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Perencanaan dan Investasi Strategis negara, mengunjungi kapal dua kali dan berharap kegiatan seperti itu dapat diperluas di masa depan.

Ia mengucapkan terima kasih banyak, obrigado barak, dalam bahasa Tetun, atas bantuan pengobatan yang dilakukan Indonesia saat ia mengundang seluruh petugas untuk makan malam di Timor Plaza.

Xanana Gusmao mengatakan bahwa misi ini akan meningkatkan hubungan antara pemerintah Indonesia dan Timor-Leste.

Baca Juga: Dikambinghitamkan Soal Genosida 200 Ribu Penduduk Timor Leste, Indonesia Akhirnya Buktikan Bahwa Zaman Itu Hanya Dijadikan 'Alat' Amerika, Dokumen Rahasia Ini Jadi Buktinya

Ke depan, ia berharap kegiatan ini bisa diselenggarakan di beberapa wilayah lain di Timor-Leste.

Selain untuk memenuhi misi peningkatan kerjasama bilateral, bagi Indonesia sendiri bantuan medis tersebut juga memberikan manfaat.

Mengingat untuk meningkatkan kemampuan tenaga baik formal maupun informal diperlukan pelatihan dan pengalaman lapangan, baik nasional maupun internasional.

Pengalaman tersebut dapat dicapai melalui misi sipil seperti perawatan korban massal atau pekerjaan sosial.

TNI memiliki banyak kegiatan OOTW di dalam dan luar negeri yang dibutuhkan karena adanya perang, konflik atau bencana alam.

Bantuan medis untuk RDTL tersebut adalah salah satu dari sekian macam program yang digagas.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul "Dicap Sebagai Bekas Penjajah, Timor Leste Ternyata Pernah Minta Bantuan Penting Ini ke Indonesia, Militer Indonesia dan Dokter Khusus sampai Dikirim ke Timor Leste"

(*)