"Semuanya serba mendadak. Tanggal 9 April saya dihubungi kantor untuk siapkan lahan untuk pemakaman khusus Corona. Waktu itu malam Jumat, jenazah pertama dimakamkan, belum ada persiapan sama sekali," kata Subhan kepada ANTARA.
Ia mengatakan bahwa para penggali kubur tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan lahan permakaman tersebut.
Bekas tanaman singkong masih berserakan di sana sampai sekarang.
Menurut Subhan, penggali kubur sekarang harus siaga 24 jam karena mereka bisa kapan saja menerima panggilan untuk mengurus pemakaman jenazah pasien COVID-19 atau pasien yang diduga terserang penyakit tersebut.
Subhan pernah terpaksa terjaga selama dua hari karena ada jenazah harus dimakamkan pada dini hari.
"Saya menggali sendirian karena kawan-kawan lainnya saya telepon enggak ada yang bangun. Pakai pacul dan lampu motor untuk penerangan, saya gali lubang kuburan jam 03.00," katanya.
Pasien yang sudah positif COVID-19 atau diduga terserang penyakit itu sesuai protokol kesehatan harus dimakamkan dalam waktu maksimal empat jam setelah jenazah keluar dari rumah sakit guna meminimalkan risiko penularan virus corona.
Pemakaman pasien dilangsungkan tanpa persiapan dari pihak keluarga pasien, sehingga semua makam baru tidak ada nisannya.
Source | : | Kompas.com,Antara |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar