Laporan Wartawan Gridhot, Desy Kurniasari
Gridhot.ID - Setiap harinya, korban wabah virus corona terus bertambah.
Di Provinsi Riau, pada Selasa (28/4/2020) kasus positif virus corona bertambah satu orang.
Hingga kini, kasus positif di provinsi tersebut mencapai angka 40 orang.
Melansir Kompas.com, Juru Bicara Tim Penanganan Covid-19 Riau dr Indra Yovi menyampaikan, selain bertambahnya kasus positif, pasien sembuh juga ada penambahan.
"Penambahan kasus positif satu orang menjadi 40 kasus. Tapi, kabar baiknya pasien sembuh juga bertambah satu menjadi 14 orang.
Sehingga pasien positif yang masih dirawat 22 orang, dan 4 pasien meninggal dunia," kata Yovi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa.
Sementara itu, pasien dalam pengawasan (PDP) yang masih dirawat 251 orang, pasien yang dinyatakan negatif corona dan dipulangkan 268, sedangkan 75 PDP meninggal dunia.
Kemudian, untuk orang dalam pemantauan (ODP) terkait Covid-19, 14.071 orang, dan yang selesai dipantau 36.236 orang.
Dengan masuknya wabah virus corona di tengah masyarakat Provinsi Riau, setidaknya warga harus menyesuaikan aktivitas untuk menghindari risiko terpapar virus ini.
Namun tak seperti warga lain yang mampu menghindari risiko terpapar tersebut, para penggali kubur tentu harus mengerahkan upaya ekstra untuk mawas diri agar tidak tertular virus ini.
Pun sekaligus menanggulangi wabah dan dampaknya.
Dilansir dari Antara, berikut kesaksian seorang penggali kubur di Pekanbaru, Provinsi Riau.
Subhan bersama rekan-rekannya yang bekerja sebagai penggali kubur harus selalu siaga dengan alat pelindung diri berupa setelan hazmat warna putih dan masker medis di Tempat Permakaman Umum (TPU) Tengku Mahmud Palas, Kecamatan Rumbai.
Sejak awal bulan April 2020, pemerintah kota menyiapkan area seluas dua hektare di bagian ujung TPU Tengku Mahmud Palas untuk memakamkan pasien yang terinfeksi atau diduga terinfeksi virus corona.
Tidak seperti permakaman lama yang jalannya sudah beraspal, jalan menuju permakaman yang baru masih jalan tanah yang susah dilalui kendaraan saat hujan turun.
"Semuanya serba mendadak. Tanggal 9 April saya dihubungi kantor untuk siapkan lahan untuk pemakaman khusus Corona. Waktu itu malam Jumat, jenazah pertama dimakamkan, belum ada persiapan sama sekali," kata Subhan kepada ANTARA.
Ia mengatakan bahwa para penggali kubur tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan lahan permakaman tersebut.
Bekas tanaman singkong masih berserakan di sana sampai sekarang.
Menurut Subhan, penggali kubur sekarang harus siaga 24 jam karena mereka bisa kapan saja menerima panggilan untuk mengurus pemakaman jenazah pasien COVID-19 atau pasien yang diduga terserang penyakit tersebut.
Subhan pernah terpaksa terjaga selama dua hari karena ada jenazah harus dimakamkan pada dini hari.
"Saya menggali sendirian karena kawan-kawan lainnya saya telepon enggak ada yang bangun. Pakai pacul dan lampu motor untuk penerangan, saya gali lubang kuburan jam 03.00," katanya.
Pasien yang sudah positif COVID-19 atau diduga terserang penyakit itu sesuai protokol kesehatan harus dimakamkan dalam waktu maksimal empat jam setelah jenazah keluar dari rumah sakit guna meminimalkan risiko penularan virus corona.
Pemakaman pasien dilangsungkan tanpa persiapan dari pihak keluarga pasien, sehingga semua makam baru tidak ada nisannya.
Kini sudah ada beberapa puluh makam baru di TPU Tengku Mahmud Palas.
Semuanya makam pasien dalam pengawasan (PDP) terkait penularan COVID-19 yang meninggal dunia di Pekanbaru.
Sejak 9 April hingga 28 April sudah ada 44 makam baru di sana, yang artinya dalam sehari Subhan dan kawan-kawannya rata-rata harus menggali dua sampai tiga liang lahat.
"Pernah dalam satu hari tujuh jenazah dimakamkan. Itu kita kerja sampai subuh," kata Subhan, yang baru kali ini menyaksikan wabah begitu cepat merenggut nyawa orang.
Ia merasakan kengerian saat pertama kali menangani pemakaman pasien COVID-19 namun rasa ngeri itu menghilang bersama peningkatan ritme kegiatan pemakaman.
Setiap hari para penggali kubur harus menyiapkan hingga tujuh liang lahat untuk berjaga-jaga mengingat kasus infeksi virus corona diperkirakan masih akan mengalami peningkatan.
Mereka secara sukarela menandai setiap makam baru agar ahli waris dan pelayat tidak kebingungan mencari makam anggota keluarga atau kerabat mereka.
"Perasaan ngeri ada, tapi namanya juga sudah wabah. Saya mau lari juga mau kemana, karena tugasnya memang gali kuburan," kata Subhan, lalu tersenyum.
(*)
Source | : | Kompas.com,Antara |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar