Ahmad menjelaskan, responden yang dimasukkan ke dalam suatu kelompok harus jelas siapa saja dan komposisinya sama.
Jika data yang dipaparkan hanya menunjukkan jumlah, sulit untuk mengetahui siapa saja pasien di dalamnya.
"Nah, kita enggak tahu proporsi di masing-masing kelompok sama atau enggak. Karena enggak fair kalau misalnya suatu kelompok berusia tua semua. Kalau hasilnya jelek, terang saja karena di (kelompok) situ banyak orang-orang tua," ungkapnya.
Selain umur, riwayat komorbit atau penyakit bawaan juga dapat memengaruhi hasil.
Namun, di paparan tersebut tidak dijelaskan juga riwayat komorbitnya.
"Jadi saya bisa katakan, ini tidak lazim atau ada hal yang belum ditampilkan semuanya," ungkapnya.
Oleh sebab itu, Ahmad dan peneliti lain mendorong agar demografi penelitian ini disampaikan secara terbuka.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: "Obat Covid-19 Unair, Pakar Nilai Ada Beberapa Hal Tak Lazim, Kok Bisa?"
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Candra Mega Sari |
Komentar